Hidayatullah.com–Organisasi peduli hak asasi manusia Amnesty International mengatakan hasil penyelidikan yang dilakukannya menunjukkan bahwa sebuah serangan udara Amerika Serikat di Somalia pada bulan Maret telah menewaskan warga sipil dan bukannya militan seperti yang dikatakan US Africa Command (Africom) kala itu.
Amnesty mengatakan AS gagal menyelidiki klaim bahwa tiga korban serangan adalah petani dan tidak ada kaitannya dengan kelompok bersenjata Al-Shabab, lansir BBC Selasa (1/10/2019).
Ketiga orang itu sebenarnya adalah petani yang sedang dalam perjalanan pulang dari ladang menuju rumah-rumah mereka di Mogadishu dan Leego serta Yaag Bariwayne di Shabelle Bawah ketika kendaraan yang mereka tumpangi ditarget, kata Amnesty.
Sebelas orang diwawancarai termasuk rekan kerja dan keluarga para pria yang dibunuh itu. Mereka bersikukuh menyatakan bahwa tak seorang pun dari ketiga lelaki itu anggota Al-Shabab, imbuh Amnesty.
“Cukup keterlaluan US Africa Command kelihatannya tidak mengetahui siapa yang sebenarnya dibunuh dan dilukai oleh serangan udaranya dalam perang rahasia yang dilakoninya di Somalia,” kata Abdullahi Hassan, seorang peneliti dari Amnesty dalam sebuah pernyataan.
Pada bulan Maret Africom mengatakan bahwa hasil pengkajiannya menyatakan bahwa serangan udara yang dilancarkannya “menewaskan tiga teroris” dan pihaknya mengetahui tentang adanya korban sipil.
Jubir Africom John Manley mengatakan ketika itu bahwa US Africa Command “cukup yakin bahwa kendaraan dan penumpangnya adalah Al-Shabab dan aktif memdukung aktivitas operasional Al-Shabab.”
Serangan udara oleh Amerika Serikat di Somalia meningkat sejak April 2017 setelah Presiden Donald Trump menyatakan bagian selatan negara itu sebagai “area of active hostilities”. Angka serangan udara AS melonjak pada tahun 2019.*