Hidayatullah.com—Sebuah lembaga pengawas obat-obatan Eropa memperingatkan narkoba sintetis yang memperparah krisis opioid di Amerika Serikat menjadi kekhawatiran besar bagi Eropa.
Dalam sebuah laporannya, European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction (EMCDDA) mengatakan 11 opioid sintetis baru terdeteksi beredar di Eropa, termasuk enam turunan fentanyl, lapor Euronews Kamis (6/6/2019).
Fentanyl –yang enam kali lebih kuat dibanding heroin– diduga menjadi penyebab kematian berkaitan dengan penggunaan opioid lebih dari 19.000 orang di Amerika Serikat pada 2016, setengah kurang sedikit dari total jumlah kematian menurut National Institute of Drug Abuse.
Meskipun di pasaran heroin masih menjadi opioid yang paling umum disalahgunakan, satu dari lima orang yang mendapatkan terapi kecanduan opioid sekarang dilaporkan mengalami kecanduan opioid sintetis.
Meskipun saat ini di pasaran narkoba jenis opioid sintetis masih tergolong kecil di Eropa, tetapi kekhawatiran terhadap narkotika sintetis tersebut semakin tinggi terutama dengan munculnya kasus-kasus keracunan dan kematian yang berkaitan dengannya, kata EMCDDA.
Dalam laporan sama EMCDDA tahun lalu disebutkan bahwa terjadi sedikitnya 250 kematian berkaitan dengan fentanyl di Eropa.
Menurut Europol, fentanyl digunakan untuk mengatasi rasa sakit akibat kanker, tetapi suplai legal obat tersebut diselewengkan ke pasar gelap sebagai subsitusi heroin.
Direktur EMCDDA Alexis Goosdeel berkata, “Tantangan yang kita hadapi dalam masalah narkoba terus bertambah. Tidak hanya ada tanda-tanda peningkatan ketersediaan narkoba berbasis tanaman seperti kokain, tetapi kita juga menyaksikan pasar yang berevolusi di mana narkoba sintetis dan produksi narkoba di dalam kawasan Eropa terus meningkat.”
“Hal ini dapat dilihat dari masalah-masalah yang berkaitan dengan opioid sintetis yang sangat kuat, dalam teknik produksi MDMA dan amfetamin, serta perkembangan teranyar dalam proses pembuatan morfin menjadi heroin di dalam lingkup perbatasan Eropa,” imbuhnya.*