Hidayatullah.com–Paus Fransiskus hari Ahad (6/10/2019) meminta agar kaum konservatif tidak terikat pada status quo. Hal itu disampaikannya ketika membuka pertemuan para uskup guna mendiskusikan masa depan Gereja Katolik Roma di Amazon, termasuk kemungkinan diperbolehkannya pendeta menikah.
Dalam misa pembukaan sinode di St. Basilica, Paus Fransiskus juga mengecam berbagai bentuk kolonialisme di masa lalu dan masa sekarang, dan mengatakan bahwa sebagian kebakaran yang melanda hutan tropis Amazon di Brazil beberapa bulan terakhir sengaja dilakukan oleh sejumlah kelompok.
Dalam ceramahnya, Fransiskus mengatakan sebagian pemimpin gereja berisiko menjadi “birokrat dan bukan gembala”, dan mendesak mereka memiliki keberanian untuk menerima perubahan.
Salah satu topik yang paling diperdebatkan dalam sinode, yang dari sekitar 260 pesertanya kebanyakan uskup dari kawasan Amazon, adalah apakah pria yang sudah cukup umur serta memiliki keluarga dan merupakan tokoh dalam masyarakatnya boleh ditahbis menjadi pendeta di Amazon.
Perihal pendeta menikah itu dipandang sebagai solusi untuk mengatasi masalah kekurangan pendeta dan didukung oleh uskup-uskup dari banyak negara di kawasan Amerika Selatan. Harapannya dengan keberadaan para pendeta tersebut umat Katolik di pedalaman Amazon bisa menghadiri misa dan sakramen secara rutin. Sekarang ini sedikitnya 85% desa di Amazon –kawasan yang mencakup delapan negara dan teritori Prancis Guinea– tidak dapat menggelar misa mingguan. Sebagian bahkan hanya bertemu pendeta sekali dalam setahun.
Para penentang ide itu khawatir, pembolehan pendeta menikah di Amazon justru akan menjadi “kuda Troya” yang akan menyusup ke seluruh gereja di negeri-negeri Barat.
Mereka juga menyerang dokumen kerja sinode sebagai “bidah”, termasuk perihal pengakuan secara implisit bentuk-bentuk paganisme dan panteisme yang biasa dipraktikkan orang-orang asli Amazon seperti penyembahan terhadap alam.
Sejumlah tokoh gereja konservatif lewat Twitter menyuarakan ketidaksetujuan mereka dengan upacara penanaman pohon di Vatikan hari Kamis (3/10/2019), di mana orang asli Amazon menggunakan simbol dan gestur penyembahan terhadap alam.
Dalam ceramahnya Paus Fransiskus mengatakan bahwa kebudayaan orang asli harus dihormati.
Sinode kali ini digelar sementara kawasan hutan Amazon masih membara akibat kebakaran yang meluas.
Sinode tidak akan membuat keputusan apapun. Peserta hanya akan melakukan pemungutan suara terkait dokumen akhir hasil pertemuan dan Paus Fransiskus yang akan menentukan rekomendasi apa yang nantinya dimasukkan dalam kebijakan-kebijakannya di masa mendatang, lapor Reuters.*