Hidayatullah.com—Partai Islam moderat Tunisia Ennahda memilih Habib Jemli sebagai unggulannya untuk menjadi perdana menteri.
Jemli, 60, pernah menjabat menteri muda bidang pertanian.
Dilansir BBC dari Reuters (14/11/2019), Presiden Kais Saied –pensiunan dosen yang secara mengejutkan menang telak pemilihan presiden 13 Oktober– diperkirakan secara formal akan meminta Jemli untuk membentuk pemerintahan pada hari Jumat
Ennahda meskipun mayoritas hanya menguasai seperempat kursi di parlemen, sehingga tugas pertama Saied harus membuat sebuah pemerintahan koalisi.
Aljazeera hari Jumat (15/11/2019) melaporkan bahwa Presiden Kais Saied telah menugaskan Jemli untuk membentuk pemerintahan setelah Ennahda mengajukannya sebagai perdana menteri.
Menyusul pengumuman hari Jumat itu, dalam rekaman video yang diunggah di laman Facebook, Jemli mengatakan anggota kabinet akan dipilih “berdasarkan kompetensi dan integritasnya, tidak peduli apa afiliasi politik mereka.”
Jemli, yang menyebut dirinya sendiri independen, menjabat sebagai menteri muda ketika pertama kali Ennahda menguasai pemerintahan usai dilengserkannya Ben Ali dari kursi kepresidenan.
Dia memiliki waktu 2 bulan untuk membentuk kabinet koalisi. Apabila gagal, maka Presiden akan mencari perdana menteri yang lain.
Pemerintahan baru Tunisia ini harus mendapat dukungan sedikitnya dua partai lain guna mengamankan setidaknya 109 kursi di parlemen guna memastikan kebijakan-kebijakan yang akan dibuat pemerintah mendapat dukungan para wakil rakyat.
Tunisia merupakan negara di kawasan Timur Tengah yang memicu apa yang dinamakan gelombang Arab Spring pada 2011 dengan revolusinya menumbangkan pemerintahan otoriter mendiang Zine Abidine Ben Ali, dan satu-satunya negara yang tidak terjebak perang saudara akibat perubahan dan perebutan kekuasaan.*