Hidayatullah.com—Militer Kenya kepada BBC membantah artikel di The New York Times yang mengklaim bahwa prajuritnya “bersembunyi di antara rerumputan” ketika kelompok bersenjata al-Shabaab melakukan serangan di pangkalan militer Manda Bay.
Seorang personel militer Amerika Serikat dan dua orang pekerja kontraknya tewas dalam serangan 5 Januari itu.
Pangkalan itu, yang diberi nama Camp Simba, terletak di kawasan pesisir populer Lamu dan digunakan oleh pasukan Kenya dan tentara Amerika Serikat.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan hari Rabu (22/1/2020), The New York Times mengklaim bahwa performa tentara Kenya ketika serangan itu terjadi membuat frustasi kolega-kolega mereka dari Amerika.
Artikel itu juga mengklaim bahwa al-Shabaab kemungkinan mendapatkan informasi yang menguntungkan dari orang-orang Kenya yang ditempatkan di pangkalan itu.
Namun, jubir militer Kenya Kolonel Paul Njuguna mengatakan kepada BBC bahwa artikel itu tidak berdasarkan fakta.
Dia mengatakan detil terkait serangan itu hanya akan terungkap jelas setelah tim investigasi merilis hasil termuannya.
“Artikel itu sama sekali tidak berdasarkan fakta. Investigasinya masih berlangsung. Sejauh ini belum ada laporan dari pihak penyidik, belum ada yang resmi,” imbuh Kolonel Njuguna seperti dikutip BBC Kamis (23/1/2020).
Koran Kenya Daily Nation, mengutip keterangan seorang pejabat militer senior yang tidak diungkapkan identitasnya, yang berkata, “Kamp Simba merupakan fasilitas (militer Amerika yang berada di tanah Kenya yang digunakan untuk operasi keamanan. Kamp itu diawaki dan dijaga keamanannya oleh orang Amerika.”
Sumber itu menambahkan, “Apa yang terjadi di dalam kamp itu merupakan rahasia. Hingga saat ini, Amerika masih bungkam tentang berapa jumlah personel yang ada di tempat itu ketika serangan terjadi. Merekalah yang mengendalikan segala sesuatu di pangkalan itu.”*