Hidayatullah.com—Pentagon hari Jumat (24/1/2020) mengatakan bahwa 34 prajurit Amerika Serikat mengalami cedera otak traumatis akibat serangan misil Iran atas pangkalan militar AS di Iraq awal bulan ini.
Presiden Donald Trump sebelumnya mengklaim tidak ada orang Amerika yang terluka. Akan tetapi dia kemudian mengoreksi pernyataannya dengan mengatakan luka yang mereka alami “tidak terlalu serius.”
Pekan lalu militer AS mengatakan 11 personel militernya dirawat karena mengalami gejala gegar otak setelah atas pangkalan udara Ain al-Asad, sebelum menambahkan pekan ini bahwa beberapa prajurit lainnya telah ditarik keluar dari Iraq karena mengalami luka. Delapan dari orang-orang yang terluka itu tiba di AS hari Jumat dari instalasi Amerika di Jerman, lansir DW.
Seperti apa luka yang dialami para prajurit itu atau dari kesatuan mana mereka berasal tidak diungkapkan. Namun, diketahui bahwa setengah dari 34 orang yang disebutkan terluka sudah kembali bekerja.
Tujuh belas orang masih dalam perawatan medis atau dalam pengawasan medis.
Iran melancarkan serangan roket pada 3 Januari setelah sebelumnya Amerika Serikat merudal konvoi kendaraan pasukan Iraq di bandara Baghdad yang menewaskan jenderal paling dibanggakan Iran, Qassem Soleimani.
Kebanyakan personel militer AS sudah berada di bunker sebelum belasan misil Iran meledak di pangakalan mereka. Berapa banyak korban atau kerusakan yang dialami AS dianggap penting, sebab berpengaruh untuk mengambil keputusan apa yang akan diambil Washington untuk membalas serangan Iran itu.*