Hidayatullah.com – Beberapa pejabat senior dari AS, Israel, dan Uni Emirat Arab (UEA) mengadakan pertemuan “rahasia” di Gedung Putih pada bulan Desember untuk membahas Iran, menurut situs berita Amerika lapor Daily Sabah pada Rabu 5 Februari 2020.
UEA-Israel, lapor Axios, mengutip sumber anonim pejabat Israel dan AS. Rombongan AS termasuk Penasihat Keamanan Nasional Robert O’Brien, wakilnya Victoria Coates dan utusan khusus Washington untuk Iran, Brian Hook. Dari pihak Israel hadir Meir Ben-Shabbat, penasihat keamanan nasional Benjamin Netanyahu dan Dubes UEA untuk Washington, Yousef Al Otaiba.
Otaiba adalah “penasihat yang sangat dekat” dengan Putra Mahkota UEA Mohammed bin Zayed, menurut Axios. Dia juga hadir ketika Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana Israel-Palestina dengan Netanyahu di Gedung Putih pada minggu lalu.
Laporan itu mengatakan Netanyahu telah bekerja keras untuk meningkatkan aliansi rahasia dengan UEA melawan Teheran, menambahkan bahwa langkah itu terjadi pada konferensi yang dipimpin AS di Warsawa, Polandia. Konferensi pada Februari 2019 dimaksudkan untuk mengisolasi Iran di Timur Tengah dan menurut laporan itu, administrasi Trump memutuskan untuk membentuk forum trilateral setelah konferensi.
Israel telah meningkatkan hubungan dengan negara-negara Teluk Arab yang berbagi kekhawatiran tentang Iran. Israel dan Teluk, khususnya UEA dan Arab Saudi menganggap Iran sebagai ancaman terbesar bagi diri mereka. Arab Saudi percaya Iran mendanai kelompok-kelompok tertentu di Yaman serta di Suriah dan Irak, sementara Israel mengklaim Iran dan proksi atau kelompok pendukungnya, seperti milisi Syiah Hizbullah, merupakan ancaman eksistensial terhadap negaranya. Mereka setuju bahwa Iran harus dihentikan, dan kekuatannya harus dikekang bagaimanapun caranya.
Sejak Trump naik ke jabatan presiden, pemerintahannya telah berkonsentrasi pada negara-negara Teluk untuk rencana Timur Tengah, karena pemulihan hubungan baru diamati antara negara-negara ini dan Israel. Mirip dengan AS, Netanyahu telah meluncurkan inisiatif untuk mengembangkan hubungan positif dengan negara-negara Teluk, terutama dengan Arab Saudi, karena Putra Mahkota Mohammad bin Salman (MBS) dikenal karena sikapnya yang lunak terhadap Israel.*