Hidayatullah.com – Pendeta Katolik Roma di Minnesota telah menyampaikan permintaan maafnya karena menyebut Islam “ancaman terbesar di dunia” bagi Amerika Serikat dan Kristen lapor New York Post.
Pendeta Nick VanDenBroeke meminta maaf pada Rabu dalam pernyataan yang diposting di situs Keuskupan Agung St. Paul dan Minnesota untuk komentarnya pada 5 Januari selama homili sebagai pendeta Gereja Konsepsi Tak Bernoda di Lonsdale.
“Homili saya tentang imigrasi memuat kata-kata yang menyakitkan bagi umat Islam,” pernyataan itu tertulis. “Saya meminta maaf untuk ini. Saya menyadari sekarang bahwa komentar saya tidak sepenuhnya merefleksikan ajaran Gereja Katolik tentang Islam.”
Permintaan maaf itu menyusul permohonan oleh Council on American-Islamic Relations (CAIR) cabang Minnesota untuk mengecam pernyataan “penuh kebencian”, termasuk pernyataan bahwa para jamaah “harus menentang” agama dan pandangan umat Islam.
“Diam tentang masalah ini akan mengirim pesan meresahkan bahwa gereja memiliki pandangan negatif terhadap komunitas Muslim Minnesota,” kelompok hak sipil tersebut mengatakan dalam pernyataannya dikutip New York Post.
Selain menggambarkan Islam sebagai “ancaman terbesar” di dunia baik bagi Amerika Serikat dan Kristen, VanDenBroeke juga mengklaim bahwa warga Amerika “tidak perlu berpura-pura” memperlakukan sama semua imigran yang ingin memasuki negara itu, menurut kelompok hak sipil itu.
“Saya percaya pentingnya mempertimbangkan agama dan pandangan imigran atau pengungsi,” VanDenBroeke mengatakan pada jamaah gereja, menurut CAIR. “Lebih khusus lagi, kita seharusnya tidak membiarkan sejumlah besar pencari suaka atau imigrasi Muslim ke dalam negara kita.”
Dalam pernyataan terpisah yang diposting di situs keuskupan agung, Uskup Agung Bernard Hebda mengatakan dia telah membahas masalah ini dengan VanDenBroeke.
“Dia telah menyatakan kesedihan atas kata-katanya dan keterbukaan untuk melihat lebih jelas posisi Gereja dalam hubungan kami dengan Islam,” pernyataan itu tertulis. “Ajaran Gereja Katolik sudah jelas.”
Gereja “memandang dengan hormat kepada umat Islam,” yang menyembah Tuhan melalui shalat, puasa dan sedekah, kata Hebda, menambahkan bahwa Paus Francis telah menekankan perlunya peningkatan dialog antara umat Kristen dan Muslim.
“Saya bersyukur atas banyak contoh persahabatan yang telah ditawarkan oleh komunitas Muslim di wilayah kami dan kami berkomitmen untuk memperkuat hubungan antara kedua komunitas,” lanjut pernyataan Hebda.
Homili berlangsung pada hari yang dinyatakan sebagai “Immigration Sunday” oleh para uskup Katolik Minnesota. Tanggal tersebut pertama kali dirayakan di paroki-paroki Katolik di seluruh negara bagian tahun 2009 untuk menyambut para migran dan pengungsi ke komunitas lokal, lapor Star Tribune.*