Hidayatullah.com—Orang terkaya di Suriah yang juga sepupu dari Presiden Bashar Al-Assad, yang dituding Amerika Serikat dan Uni Eropa menggelontorkan banyak uang ke rezim brutal itu, mengangkat ke publik pertengkarannya dengan pemimpin Suriah itu, menuduhnya mengirimkan pasukan keamanan untuk menangkap para pegawainya dan mengambil alih bisnisnya.
Dilansir The Guardian, hari Ahad (3/5/2020) Rami Makhlouf merilis video kedua di laman Facebook, dua hari setelah kemunculan pertamanya yang mengejutkan, yang membeberkan perihal perpecahannya dengan Assad.
Taipan Suriah itu, selama dua puluh tahun terakhir, menjadi pemasok uang bagi pemerintahan Presiden Bashar untuk membiayai perang-perang rezim itu sejak 2012. Melalui sebuah imperium konglomerat yang mengendalikan sampai 60% perekonomian Suriah, Makhlouf meraup uang sangat banyak yang konon hingga £8 miliar ($10 miliar).
Makhlouf mengendalikan hampir semua pilar perekonomian Suriah, termasuk bidang konstruksi impor kendaraan, ritel, pariwisata dan telekomunikasi, yang mana perusahaan jaringan selulernya Syriatel menjadi sapi perah utamanya dan menjadi target yang ingin dikuasai Assad.
“Mereka menyuruh saya menjauhkan diri dari perusahaan-perusahaan saya dan melakukan apa yang mereka perintahkan kepada saya, sementara saya ditutup matanya dan tidak dapat merespon,” kata Makhlouf.
“Tekanannya bermula dengan penangkapan tokoh-tokoh senior perusahaan-perusahaan itu yang sekarang sudah ditahan,” imbuhnya.
“Tekanannya dimulai dengan cara-cara yang tidak dapat dibenarkan dan pasukan keamanan, dengan cara tidak manusiawi, menangkap para pegawai kami,” paparnya.
Berbicara ditujukan kepada pemimpin Suriah, dia berkata, “Presiden (Assad), pasukan keamanan mulai menyerang kebebasan rakyat. Mereka itu adalah pendukung loyalmu. Situasinya sangat berbahaya dan demi Tuhan, jika ini kita teruskan, maka situasi negeri ini akan sangat sulit.”
Makhlouf mengklaim dirinya diminta agar membayar £180 miliar dalam bentuk pajak, yang dikatakannya bersedia dipenuhi dalam beberapa waktu. Akan tetapi, dia menegaskan bahwa dirinya tidak bersedia mundur dari Syriatel, yang merupakan urat nadi perekonomian Suriah dan salah satu aset terbesarnya.
Makhlouf mengatakan bahwa Assad menuduhnya menciutkan laba Syriatel guna mengelak dari pajak.
Permusuhan antara Makhlouf dan Assad yang terungkap ke publik ini mengejutkan Damaskus dan orang-orang Suriah di perantauan. Masalah di antara anggota keluarga biasanya dilakukan secara tertutup, bahkan orang-orang penting pun tidak mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi.
Makhlouf mengumpulkan kekayaannya kebanyakan dari komisi yang dibayarkan kepadanya oleh jaringan penguasaha yang sangat luas.
Seorang pengusaha Suriah menggambarkan kekayaan Makhlouf “luar biasa banyaknya”.
“GDP Suriah $60 miliar pada tahun 2010,” kata orang itu. “Dia menguasai dengan mudah setengah dari jumlah itu. Dikalikan 20 tahun dan ditambahkan warisan kekayaan keluarga di masa-masa [mendiang presiden Suriah] Hafez Al-Assad maka Anda akan mendapati kekayaan yang amat sangat luar biasa banyaknya, dan sebagian besar tidak akan lolos audit.”*