Hidayatullah.com—Ribuan orang turun ke jalan di Berlin guna menentang berbagai kebijakan pembatasan untuk meredam penyebaran coronavirus meskipun terjadi pertambahan kasus infeksi.
Para demonstran, yang banyak tidak mengenakan masker, hari Sabtu (1/8/2020) melakukan aksi jalan kaki dari Brandenburger Tor menyusuri jalan lebar yang melewati Taman Tiergarten di ibu kota Jerman tersebut.
Aksi protes itu diberi judul “Akhir dari Pandemi: Hari Kebebasan”, lansir Euronews.
Peserta unjuk rasa membawa berbagai tulisan yang mengangkat teori konspirasi seperti “Corona, peringatan palsu” dan terdengar orang-orang berteriak “kami di sini dan bersuara lantang karena kebebasan kami direnggut.”
Ada juga peserta yang mengusung tulisan “kami dipaksa mengenakan penutup moncong” dan “pertahanan alami dan bukannya vaksinasi”.
Polisi memperkirakan sekitar 17.000 orang ikut ambil bagian dalam demonstrasi itu. Mereka berusaha menjauhkan diri dari kelompok demonstran tandingan yang menyerukan “Nazi keluar!”
Semakin mendekati Tiergarten, peserta unjuk rasa bertambah, yang diperkirakan menjadi 20.000 orang.
Polisi mengatakan pihak penyelenggara gagal menegakkan aturan penggunaan masker dan jaga jarak di kalangan pengungjuk rasa.
Berbagai unjuk rasa menentang pembatasan-pembatasan semasa pandemi Covid-19 di Jerman biasanya diikuti oleh kalangan populis sayap kanan dan pemuja teori konspirasi.
Jerman sejauh ini keadaannya lebih baik dibanding negara-negara Eropa lain semasa pandemi dengan kasus infeksi terkonfirmasi mencapai 210.000 dan kematian 9.100, menurut data Covid-19 Johns Hopkins University.
Negara itu sudah melonggarkan aturan lockdown sejak akhir April, tetapi aturan jarak sosial masih diberlakukan dan warga diwajibkan mengenakan masker ketika menggunakan transportasi publik dan di dalam toko.
Awal pekan ini Lothar Wieler, presiden Robert Koch Institute for Health Surveillance, memperingatkan pertambahan kasus.
Beberapa politisi mengecam unjuk rasa itu. Saskia Esken dari Partai Sosial Demokrat, mitra koalisi yunior dalam pemerintahan Angela Merkel, menyebut para demonstran sebagai “Covidiot”, istilah gabungan dari Covid-19 dan idiot.
“Tidak jaga jarak, tidak pakai masker. Mereka tidak hanya membahayakan kesehatan kita tetapi juga keberhasilan kita mengatasi pandemi serta pemulihan perekonomian, pendidikan dan aktivitas masyarakat. Tidak bertanggung jawab!” kecam Esken lewat Twitter.
Namun Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer cenderung lebih pengertian. Menurutnya wajar orang memiliki pendapat berbeda ketika hak dasarnya dianggap dibatasi, dan unjuk rasa yang terjadi di berbagai daerah itu relatif kecil.*