Hidayatullah.com—Sejumlah pengunjuk melakukan protes di luar Parlemen Maroko untuk mengecam negara-negara Arab yang setuju untuk menormalisasi hubungan dengan ‘Israel’.
Para pengunjuk rasa di ibu kota Maroko, Rabat, pada hari Jum’at (18/09/2020) mengibarkan bendera Palestina, mengecam kesepakatan itu sebagai “pengkhianatan” dan meneriakkan “Palestina tidak untuk dijual”.
Para pengunjuk rasa di Rabat juga membakar bendera ‘Israel’ tiruan. Puluhan polisi menyaksikan dari kejauhan.
Pemerintah Zionis pada Selasa (15/09/2020) menandatangani pakta diplomatik dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain dalam kesepakatan yang ditengahi AS.
Maroko dilaporkan menjadi salah satu negara Arab lainnya yang mempertimbangkan langkah serupa, meskipun perdana menteri menolak gagasan itu bulan lalu.
Palestina memandang pakta itu sebagai tikaman di belakang dari sesama orang Arab di Teluk dan pengkhianatan atas perjuangan mereka untuk negara Palestina.
Perjanjian ‘Israel’ dan Bahrain telah dikecam oleh banyak orang di seluruh dunia Arab.
Pemimpin unjuk rasa di Maroko kadang-kadang menyela nyanyian untuk mendesak peserta memakai topeng dan menghormati aturan jarak sosial.
“Kesepakatan normalisasi adalah serangan terhadap rakyat Palestina dan perjuangan mereka,” kata aktivis hak asasi manusia Abdelhamid Amine kepada The Associated Press.
“Kami menyerukan kepada pemerintah Maroko untuk tidak mengikuti dan kami mendesaknya untuk tidak menyerah pada tekanan Zionis dan imperialis seperti negara-negara Arab lainnya,” kata Amine, mantan presiden Asosiasi Hak Asasi Manusia Maroko dan salah satu penyelenggara unjuk rasa.
Bulan lalu, Perdana Menteri Maroko Saad Eddine El Othmani mengatakan kerajaan menolak segala bentuk hubungan dengan negara penjajah.
“Raja Maroko, pemerintah, dan rakyat akan selalu membela hak-hak rakyat Palestina dan Masjid Al-Aqsa,” katanya dalam pertemuan dengan Partai Keadilan dan Pembangunan.*