Hidayatullah.com—Mantan menteri pertahanan Bah Ndaw telah ditunjuk sebagai presiden interim Mali.
Kolonol Assimi Goita, yang memimpin kudeta bulan Agustus yang melengserkan paksa Ibrahim Boubacar Keita, ditunjuk sebagai wakil presiden.
Keduanya mengisi jabatan itu menyusul keputusan 17 anggota panel, yang dipilih junta militer untuk mengawasi 18 bulan masa transisi sebelum pemilihan umum.
Goita, dalam pengumuman yang disiarkan di televisi, mengatakan bahwa dia dan Ndaw akan dilantik pada hari Jumat, lansir RFI Selasa (22/9/2020).
Penunjukan pensiunan kolonel berusia 70 tahun menggantikan posisi Keita itu bisa dipandang sebagai langkah untuk menenangkan Ecowas, blok kerja sama regional Afrika Barat, yang mengancam akan menjatuhkan sanksi ekonomi kepada negara itu apabila tuntutan untuk penyerahan kekuasaan ke tangan sipil tidak segera dipenuhi.
Ecowas berulang kali menegaskan agar jabatan interim presiden dan perdana menteri diserahkan ke tokoh sipil.
Mereka mengatakan bersedia menerima tokoh militer sebagai wakil presiden asalkan orang tersebut nantinya tidak akan menjadi pengganti presiden.
Goita tidak mengatakan apakah posisi wakil presiden akan tetap sejajar dengan presiden sebagaimana ditetapkan dalam piagam transisi yang disetujui dalam pembicaraan multi-partai awal tahun ini.
Ndaw pernah menjabat sebagai pembantu penguasa militer Mali Moussa Traore. Dia diberi posisi pimpinan Angkatan Laut Mali dan menteri pertahanan pada tahun 2014 di masa pemerintahan Keita.
Para tokoh koalisi M5-RFP yang menggalang unjuk rasa besar mendongkel Keita sebelum kudeta –dan menjadi musuh junta militer sejak kudeta disebabkan peran militer yang domina selama masa transisi—memberikan sinyal dukungan terhadap Ndaw.
“Dia seorang pria yang miliki prinsip, loyal, seorang yang beriman dan nasionalis yang mencintai negaranya,” kata Nouhoum Togo, seorang jubir M5-RFP, yang pernah bekerja di Kementerian Pertahanan sesama kepemimpinan Ndaw. “Dia tidak mudah dimanipulasi,” ujarnya.*