Hidayatullah.com—Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Selasa (06/10/2020) mengkritik Presiden Prancis Emmanuel Macron atas pernyataan yang ia sebut sebagai “provokasi terbuka”. Macron membuat penyataan mengusulkan untuk mempertahankan nilai-nilai sekuler negaranya melawan “Islam radikal”, Al Jazeera melaporkan.
Ini adalah hari ketiga berturut-turut kemarahan Turki atas rencana Macron untuk “membebaskan Islam di Prancis dari pengaruh asing”. Hal itu menambah daftar sengketa yang berkembang di antara dua presiden ini.
Macron pekan lalu menggambarkan Islam sebagai agama “dalam krisis” di seluruh dunia. Ia mengatakan pemerintah akan mengajukan rancangan undang-undang pada bulan Desember untuk memperkuat undang-undang 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis.
Dia mengumumkan pengawasan sekolah yang lebih ketat dan kontrol yang lebih baik atas pendanaan masjid dari luar negeri.
“Pernyataan Macron bahwa ‘Islam dalam krisis’ adalah provokasi terbuka yang melampaui rasa tidak hormat,” kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi.
“Siapa Anda untuk berbicara tentang penataan Islam?” ia bertanya, seraya menuduhnya “kurang ajar”.
Para pemimpin Prancis dan Turki tersebut sudah berselisih mengenai hak maritim di Mediterania Timur, Libya dan konflik terbaru di wilayah separatis Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.
Erdogan menyarankan Macron “untuk lebih memperhatikan saat berbicara tentang masalah yang dia abaikan”.
“Kami mengharapkan dia untuk bertindak sebagai negarawan yang bertanggung jawab daripada bertindak seperti gubernur kolonial.”
Turki adalah negara mayoritas Muslim dan sekuler yang merupakan bagian dari NATO tetapi bukan Uni Eropa, di mana tawaran keanggotaannya telah terhenti selama beberapa dekade karena berbagai perselisihan.Erdogan Mengecam Rencana Presiden Prancis Melawan ‘Separatisme Islam’.*