Hidayatullah.com—Ratusan pengungsi Rohingya di tenggara Bangladesh menggelar protes pada hari Rabu (14/10/2020). Aksi tersebut merupakan upaya menentang pembunuhan dan penyiksaan anggota komunitas mereka di Myanmar, seorang Rohingya mengatakan kepada Anadolu Agency.
Memegang spanduk dan plakat, para pengungsi di sebuah kamp berkumpul dan membentuk rantai manusia, menuntut segera diakhirinya pembunuhan dan penyiksaan di negara bagian Rakhine, Myanmar.
“Karena ada pembatasan, kami tidak mengumpulkan dalam jumlah besar. Sekitar 300 anggota kami secara damai mengambil bagian dalam demonstrasi hari ini hanya untuk menyoroti bahwa kami masih dibunuh di Myanmar,” kata Ansar Ali, seorang Rohingya di kamp tersebut, kepada Anadolu Agency.
Dia mengatakan salah satu sepupunya ditembak mati oleh militer Myanmar pada hari Selasa (13/10/2020). “Hampir setiap hari Tatmadaw (Tentara Myanmar) membunuh Rohingya di Arakan (Rakhine),” tambahnya.
Menurut dia, ratusan etnis minoritas muslim itu telah meninggalkan rumah mereka karena kekerasan yang sedang berlangsung di negara bagian Rakhine.
“Selamatkan Rohingya dari pembunuhan massal. Hentikan genosida terhadap Rohingya,” bunyi plakat dalam demonstrasi.
Sementara itu, Amnesty International baru-baru ini menemukan bukti baru tentang “serangan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil di Myanmar barat,” sementara Human Rights Watch telah memperingatkan “marginalisasi jangka panjang” terhadap Rohingya.
Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai etnis yang paling teraniaya di dunia, menghadapi ketakutan yang meningkat akan serangan sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, sebagian besar wanita dan anak-anak, melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017, mendorong jumlah pengungsi di Bangladesh melebihi 1,2 juta.
Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan negara Myanmar, menurut laporan oleh Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA).
Lebih dari 34.000 Rohingya juga dilempar ke dalam api sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli, kata laporan OIDA, yang berjudul Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terungkap.
Sebanyak 18.000 wanita dan gadis Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar, sementara 113.000 lainnya dirusak, tambahnya.*