Hidayatullah.com–Seorang sukarelawan yang ambil bagian dalam uji klinik vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Oxford University telah meninggal dunia di Brazil, kata pejabat terkait hari Rabu (21/10/2020).
Kasus ini merupakan kematian pertama dalam berbagai uji klinik vaksin coronavirus yang sedang dilakukan di berbagai negara. Tidak diketahui apakah orang itu termasuk yang diberikan suntikan kandidat vaksin atau plasebo.
Regulator kesehatan nasional Anvisa mengkonfirmasi bahwa pihaknya telah diberitahu tentang kasus itu pada 19 Oktober. Pihaknya juga sudah menerima laporan kajian independen dari komite keamanan dan evaluasi yang mengawasi uji klinik tersebut.
D’Or Teaching and Research Institute (IDOR), yang membantu penyelenggaraan uji klinik vaksin itu di Brazil, mengatakan proses kajian independen menyatakan tidak ada keraguan soal keselamatan uji klinik vaksin yang dikembangkan bersama dengan perusahaan farmasi AstraZeneca itu,dan merekomendasikan untuk dilanjutkan, lapor AFP.
Setengah dari peserta uji klinik tahap akhir menerima plasebo, kata IDOR. Sekitar 8.000 sukarelawan sudah divaksinasi sejauh ini di Brazil, dan lebih dari 20.000 di seluruh dunia.
Peserta uji klinik di Brazil harus merupakan dokter, perawat atau pekerja kesehatan lain yang kontak rutin dengan coronavirus.
Berbagai laporan media mengatakan sukarelawan itu adalah seorang dokter pria berusia 28 tahun yang bertugas di garis depan selama pandemi dan meninggal akibat komplikasi Covid-19.
Koran Brazil Globo mengatakan dokter muda itu sudah merawat pasien Covid-19 sejak Maret di ruang gawat darurat dan ruang intensif di dua rumah sakit di kota Rio de Janeiro.
Dia lulus sekolah kedokteran tahun lalu, dan kondisi kesehatan baik sebelum terjangkit penyakit itu, kata teman dan keluarganya kepada Globo.
Oxford dan AstraZeneca sebelumnya sudah pernah menangguhkan uji klinik vaksin tersebut pada bulan September setelah seorang sukarelawan di Inggris mengalami sakit yang tidak dijelaskan.
Uji klinik dilanjutkan kembali setelah regulator di Inggris dan hasil kajian independen menyimpulkan sakit yang dialami sukarelawan tersebut bukan efek samping dari vaksin coronavirus.*