Hidayatullah.com–Sebuah masjid di Prancis barat mengalami serangan vandalisme Islamofobia. Hal itu terjadi dua hari sebelum dimulainya bulan suci Ramadhan, The New Arab melaporkan.
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin memimpin kecaman politik atas insiden tersebut, yang terjadi hanya beberapa hari setelah serangan terhadap masjid lain di Prancis barat. Serangan demi serangan terjadi di tengah apa yang dikatakan beberapa Muslim sebagai meningkatnya permusuhan terhadap komunitas mereka.
Seorang pengurus dan anggota komunitas Muslim lokal di kota Rennes menemukan grafiti pada Ahad (11/04/2021) pagi di dinding masjid dan pusat budaya Islam.
Coretan tersebut termasuk slogan yang menghina Islam dan Nabi Muhammad, juga seruan untuk memulai kembali Perang Salib dan seruan agar Katolik dijadikan agama negara.
Kantor kejaksaan di Rennes dilaporkan telah membuka penyelidikan untuk kasus tersebut.
Mohammed Zaidouni, presiden dewan daerah Muslim setempat, mengutuk vandalisme tersebut. “Kami adalah anak-anak Republik dan kami menghadapi kebencian, kekerasan, dan barbarisme,” katanya kepada AFP.
Darmanin men-tweet pesan solidaritas hari Ahad, dan mengatakan dia akan mengunjungi masjid di kemudian hari.
Walikota sosialis kota Nathalie Appere dan senatornya, Valerie Boyer, dari sayap kanan Republik mengecam insiden tersebut.
Sementara itu di bagian barat kota Nantes, pintu sebuah masjid hangus oleh api pada Kamis (08/04/2021) malam.
Dan pada hari Jum’at (09/04/2021), seorang neo-Nazi berusia 24 tahun didakwa karena membuat ancaman terhadap masjid di Le Mans, juga di Prancis barat.
Abdallah Zekri, presiden National Observatory Against Islamophobia, mengecam maraknya vandalisme Islamofobia yang dia katakan sebagai iklim anti-Islam di Prancis.
“Sayangnya, deklarasi politisi tertentu hanya memperburuk keadaan,” pungkasnya kepada AFP.*