Hidayatullah.com—Sejumlah senjata Laras panjang AK47 dan ratusan butir amunisi disita dari tempat penyimpanan senjata terduga kelompok ISIS yang disita oleh pasukan Inggris di Mali.
Sekitar 100 prajurit dikerahkan untuk mengamankan senjata tersebut di sebuah desa dekat perbatasan dengan Niger, di mana Kementerian Pertahanan mengatakan penduduk lokal mengalami ancaman.
Sebelum pasukan Inggris tiba, para terduga anggota ISIS alias IS melarikan diri dengan berenang menyeberangi sungai, kata kementerian.
Operasi dilakukan sementara terjadi badai pasir dan suhu udara di atas 50°C.
Tentara Inggris juga menyita seragam loreng, alat komunikasi radio, ponsel dan ratusan liter BBM setelah diberikan izin oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menggeledah bangunan-bangunan yang ada, lansir BBC Sabtu (15/5/2021).
Mereka merupakan bagian dari pasukan Inggris yang tiba di Mali pada bulan Desember 202 untuk memperluas misi penjaga perdamaian PBB.
Gugus tugas itu melakukan patroli pengintaian jarak jauh untuk melindungi penduduk setempat dari kelompok-kelompok Muslim bersenjata.
Operasi di desa itu, yang terletak dekat perbatasan Niger, melibatkan prajurit dari Light Dragoons and Royal Anglian Regiment, didukung oleh tenaga ahli dari tim pencarian Royal Engineer.
Komandan Light Dragoons Letkol Tom Robinson mengatakan mereka mengumpulkan informasi intelijen saat melakukan patroli.
“Kami fokus mencari tahu di mana kelompok teroris mengintimidasi penduduk setempat dan kemudian dapat menemukan dan menyita senjata beserta amunisi, mengacaukan pengaruh buruk mereka terhadap masyarakat setempat dan mengumpulkan lebih banyak yang dapat mencegah aktivitas ekstremis lebih lanjut,” katanya.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan operasi dengan cara itu dilakukan oleh pasukan-pasukan PBB di Mali.
Misi PBB di Mali terdiri lebih dari 14.000 penjaga perdamaian dari 56 negara.
Misi itu disebut-sebut sebagai misi penjaga perdamaian paling buruk di dunia.
Hampir 250 prajurit PBB kehilangan nyawanya di sana sejak 2013.*