Hidayatullah.com—Tunisia mengandalkan turis dari Rusia dan negara-negara Eropa Timur untuk membangkitkan kembali industri pariwisata yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 yang juga telah membuat para pekerjanya jatuh miskin.
“Kebutuhan akan pekerjaan lebih kuat dibanding ketakutan akan tertular penyakit,” kata Aymen Abdallah, seorang petugas keselamatan pantai, sambil memandang ke arah pantai Mediterania yang tampak lengang di Sousse di mana turis asal Rusia menikmati liburan.
Sementara pengunjung dari kebanyakan negara Barat diminta menahan diri bepergian lewat udara oleh pemerintah negara mereka, orang-orang Rusia, Polandia dan Republik Ceko tidak ragu untuk bepergian jauh.
Kalau kami tidak bekerja, kami akan mati kelaparan,” kata Abdallah seperti dikutip AFP Kamis (27/5/2021).
Dia lega dapat kembali bekerja setelah delapan bulan dirumahkan.
“Biasanya, pantai penuh di waktu seperti ini,” ujarnya seraya menarik napas panjang.
Negara Afrika Utara itu membuka kembali pintu-pintu perbatasan bagi operator pariwisata pada akhir April, tetapi kemudian memerintahkan lockdown terbatas pada bulan Mei karena kasus infeksi coronavirus melonjak.
Sebulan terakhir sampai 10 penerbangan sepekan mendarat di Enfidha, bandara yang melayani kota-kota tujuan wisata di Tunisia. Kebanyakan penerbangan itu berasal dari Rusia dan negara Eropa Timur.
Sebelum pandemi, pendapatan dari sektor wisata sudah berkurang lebih dari 60 persen pada 2019. Saat ini hotel-hotel diperbolehkan beroperasi 50% dari kapasitasnya, tetapi kesulitan untuk mencapai level itu.
“Tidak banyak keuntungan yang bisa diperoleh dengan hanya okupansi 30 persen kapasitas hotel,” keluh Adel Mlayah, wakil direktur penginapan kelas atas Mouradi Palace di Sousse.
Hotel itu biasanya mempekerjakan sedikitnya 260 staf, tetapi tahun ini tidak lebih dari 120 orang.*