Hidayatullah.com — Lebih banyak wanita dan anak-anak terbunuh atau terluka di Afghanistan pada paruh pertama tahun 2021 daripada dalam enam bulan pertama setiap tahun. Hal itu dalam perhitungan sistematis PBB secara sistematis sejak 2009, sebuah laporan PBB mengatakan Senin (26/07/2021), lansir Daily Sabah.
Negara yang dilanda perang itu mengalami peningkatan 47% dalam jumlah korban dari warga sipil yang tewas dan terluka dalam kekerasan di seluruh Afghanistan dalam enam bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menurut laporan itu.
“Saya memohon kepada para pemimpin Taliban dan Afghanistan untuk memperhatikan lintasan konflik yang suram dan mengerikan serta dampaknya yang menghancurkan terhadap warga sipil,” kata Deborah Lyons, perwakilan khusus Sekjen PBB untuk Afghanistan. “Laporan itu memberikan peringatan yang jelas bahwa jumlah warga sipil Afghanistan yang belum pernah terjadi sebelumnya akan binasa dan cacat tahun ini jika kekerasan yang meningkat tidak dibendung,” tambah Lyons dalam sebuah pernyataan yang menyertai laporan tersebut.
Taliban dengan cepat merebut wilayah penting dalam beberapa pekan terakhir, merebut perlintasan perbatasan strategis dengan beberapa negara tetangga dan mengancam sejumlah ibu kota provinsi. Kemajuan datang ketika tentara AS dan NATO terakhir meninggalkan Afghanistan.
Laporan tersebut menemukan peningkatan tajam dalam pembunuhan dan cedera sejak Mei, ketika pasukan militer internasional mulai menarik diri dan pertempuran meningkat setelah serangan Taliban.
Misi PBB di Afghanistan melaporkan dalam pembaruan pertengahan tahun 2021 Perlindungan Warga Sipil Afghanistan dalam Konflik Bersenjata bahwa ada 1.659 warga sipil tewas dan 3.254 terluka. Menurut The Associated Press (AP) itu meningkat 47% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Perempuan dan anak-anak menjadi hampir setengah dari semua korban sipil pada paruh pertama tahun 2021 sebesar 46%, menurut laporan itu. Tiga puluh dua persen adalah anak-anak, dengan 468 tewas dan 1.214 terluka. Empat belas persen korban sipil adalah perempuan, dengan 219 tewas dan 508 terluka, kata laporan itu.
Penarikan AS-NATO lebih dari 95% selesai dan akan selesai pada 31 Agustus.
Sementara membuat keuntungan cepat di lapangan, Taliban juga mengatakan mereka tidak ingin memonopoli kekuasaan. Namun, mereka bersikeras tidak akan ada perdamaian di Afghanistan sampai ada pemerintahan baru yang dirundingkan di Kabul dan Presiden Ashraf Ghani dicopot dari jabatannya.
Lyons meminta para pemimpin Taliban dan Afghanistan untuk mengintensifkan upaya mereka di meja perundingan. “Hentikan Afghanistan melawan Afghanistan. Lindungi rakyat Afghanistan dan beri mereka harapan untuk masa depan yang lebih baik,” katanya.*