Hidayatullah.com–Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, tingkat keparahan virus pernafasan MERS (Middle East Respiratory Syndrome) di Timur Tengah meningkat, namun belum menjadi ancaman kesehatan global.
Lebih dari 500 kasus sindrom pernafasan MERS dilaporkan sejak 2012, dengan korban meninggal lebih dari 150 orang. Demikian diberitakan BBC, Rabu (14/5/2014)
Mayoritas korban terdapat di Arab Saudi, termasuk seorang warga Indonesia yang tinggal di negara itu.
Sementara seorang jemaah umrah Indonesia juga terkena dan dirawat di Jeddah.
Kasus lain juga dilaporkan di Eropa, Afrika Utara, Asia, dan Amerika Serikat.
Komite Darurat WHO yang mengadakan pertemuan di Jenewa, Swiss, mengatakan, ancaman kesehatan publik akibat virus ini meningkat, namun belum ada bukti terjadi penularan antarmanusia.
Virus MERS sejenis dengan sindrom pernafasan akut SARS yang menewaskan sekitar 800 orang di seluruh dunia, setelah pertama kali terdeteksi di Cina pada 2002.
Asisten Direktur Jenderal WHO, Keiji Fukuda, mengatakan, alasan utama tidak ditetapkannya MERS sebagai kondisi darurat adalah karena bukti menunjukkan MERS tidak mudah tertular.
“Tidak ada bukti yang meyakinkan saat ini tentang adanya peningkatan penularan virus ini,” kata Fukuda.*