Hidayatullah.com — Polisi menangkap lima pria Rohingya yang di duga terkait dengan pembunuhan seorang pemimpin Muslim Rohingya di kamp pengungsian di Bangladesh. Saat ini kepolisian masih mendalami kemungkinan hubungan kelima pria itu dengan kelompok bersenjata, lansir Al Jazeera, Rabu (03/10/2021).
Muhibullah, tokoh terkenal Muslim Rohingya di Bangladesh, di bunuh oleh pria bersenjata pada Rabu malam ketika pulang shalat malam.
Lebih dari 750 ribu warga Rohingya, salah satu minoritas paling teraniaya di dunia, pergi menyelamatkan diri ke Bangladesh pada 2017 pasca serangan brutal militer Myanmar. Ribuan orang Rohingya terbunuh, sementara properti dan pertanian mereka di hancurkan.
PBB mendesak para pejabat Myanmar yang bertanggung jawab untuk di bawa ke pengadilan dengan tuduhan genosida.
Keluarga Muhibullah menuduh kelompok Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), kelompok di balik beberapa serangan di Myanmar, dalang pembunuhan aktivis Rohingya itu. Sementara para aktivis lain mengklaim ARSA marah karena popularitas Muhibullah semakin meningkat.
“Kami telah menangkap lima orang atas pembunuhan Mohibullah,” kata pejabat polisi yang bertanggung jawab atas keamanan kamp.
Dua terduga sudah di tahan selama tiga hari untuk interogasi, ungkap pihak berwenang.
Selain kelima terduga, satu pria Rohingya berusia 28 juta di tangkap atas dugaan pembunuhan Muhibullah.
ARSA Terlibat dalam Pembunuhan Pemimpin Muslim Rohingya?
Keenamnya sedang di selidiki terkait ARSA, yang malah menyalahkan “penjahat tak di kenal” atas kematian Muhibullah.
Salah seorang anggota kelompok hak asasi yang di pimpin Muhibullah menuduh bahwa salah satu yang di tangkap, Mohammad Elias, 35 tahun, adalah anggota ARSA dan pernah mengancam Muhibullah pada Juni.
Ia, yang meminta namanya tidak di sebutkan karena khawatir keselamatannya, menyebut setidaknya 10 pemimpin kelompok Rohingya saat ini bersembunyi karena takut mengalami nasib yang sama.
Karenanya, pihak berwenang meningkatkan keamanan di kamp pengungsian. Meskipun begitu, keluarga Muhibullah mengaku mereka masih takut bahkan untuk keluar rumah.
“Kami tidak bisa keluar rumah. Mereka (ARSA) mengancam akan membunuh kami,” adik almarhum, Habibullah, mengatakan kepada AFP.
“Kami menerima ancaman melalui pesan suara beberapa hari terakhir. Saya sekarang sangat panik. Kami menerima ancaman pembunuhan karena mengatakan kalau anggota ARSA membunuh saudaraku.”
Juru bicara kepolisian Cox’s Bazar, Rafiqul Islam, mengatakan pihaknya sudah siap menyediakan keamanan bagi keluarga Muhibullah.
Pada hari Jumat, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet menyerukan “penyelidikan yang cepat, menyeluruh, dan independen” atas pembunuhan tersebut.*