Hidayatullah.com—Pemimpin Vishwa Hindu Parishad (VHP) Sadhvi Saraswati pada Ahad mendesak umat Hindu India untuk membeli dan membawa pedang untuk melindungi rumah dan sapi-sapi mereka. Saraswati berbicara secara provokatif di program Sangama Hindu yang diselenggarakan oleh VHP dan Bajrang Dal di Karkala Gandhi Maidan di distrik Udupi di Karnataka.
“Di seluruh dunia, Gau Mata (sapi) dihormati, tetapi di Karnataka, sapi dibunuh untuk diambil dagingnya. Pembantai seperti itu tidak punya hak untuk tinggal di negara ini. Sapi dicuri dari kandang sapi umat Hindu dengan menunjukkan senjata. Kita semua harus membawa pedang untuk menyelamatkan Gau Mata,” tambahnya dikutip TimeNownews, India.
Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa ketika orang dapat membeli ponsel seharga jutaan rupee, mereka pasti dapat membeli pedang dan menyimpannya di rumah. Hal ini untuk memastikan mereka melindungi sapi dari orang-orang yang ingin menyembelihnya, kemungkinan sindiran yang ditujukan kepada kaum Muslim.
“Beberapa anti-nasionalis memuji Tippu Sultan di Karnataka. Kita harus memprotes mereka. Pemerintah harus menegakkan hukum yang tegas terhadap penyembelihan Sapi, Konversi dan “Jihad Cinta,” katanya. “Bhagavad Gita mengatakan bahwa setiap jiwa adalah anak Tuhan dan setiap kehidupan adalah ilahi. Bharat Matha (ibu pertiwi, red) adalah tanah kami. Kita harus berjuang melawan Jihad Cinta dan mengakhiri pembantaian sapi,” tambahnya.
Hari Ahad, organisasi Hindu ini bertemu anggota parlemen dari berbagai partai untuk membahas isu-isu berkaitan dengan “Hindutva dan nasionalisme”. Beberapa isu yang diangkat dalam diskusi tersebut antara lain konversi agama dan keamanan umat Hindu di negara tetangga.
Sejauh ini, Saraswati telah bertemu 327 anggota parlemen dari partai-partai termasuk BJP, Anggota Kongres Trinamool Seluruh India, Shiv Sena dan Partai Aam Aadmi tahun ini. VHP menjalankan kampanyenya dalam dua tahap.
Pada fase pertama, organisasi tersebut telah bertemu dengan anggota parlemen dari utara, tengah, barat dan timur laut India selain dari Benggala Barat. Pada fase kedua selama sesi Anggaran, VHP berencana untuk bertemu dengan anggota parlemen dari Odisha dan India selatan.
Menurut pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh VHP, salah satu isu yang dibahas selama pertemuan organisasi dengan anggota parlemen adalah isu perindagan agama melalui bujukan atau penipuan. Atas hal ini, VHP menuntut agar Pemerintah Pusat dan pemerintah negara bagian memberlakukan undang-undang yang tegas terhadap malpraktik.
VHP juga meminta agar penindasan terhadap minoritas, terutama umat Hindu, di Bangladesh dan Pakistan ditangani. “Konsensus dan konvergensi pendapat muncul dalam interaksi VHP-MP,” kata presiden kerja VHP Alok Kumar dikutip Indiatoday.
Kebijakan Anti-Islam
Di bawah kepemimpinan PM Narendra Modi, pemerintah Partai Bharatiya Janata (BJP) telah memberlakukan beberapa kebijakan anti-Muslim. Yang terbaru adalah tindakan keras terhadap apa yang mereka anggap sebagai ““Jihad Cinta”,” sebuah tuduhan kepada Muslim yang berusaha menipu perempuan Hindu melalui pernikahan, dan terakhir korban kekerasan ‘kelompok pelindung sapi’.
Selama setahun terakhir ini, beberapa politisi BJP bahkan secara terbuka menuding bahwa “Jihad Cinta” adalah bagian dari konspirasi Islam untuk meningkatkan populasi Muslim India. Meskipun merupakan negara mayoritas Hindu, India memiliki 200 juta Muslim, hampir setara dengan Indonesia.
Di bawah agama Hindu, sapi dianggap suci; beberapa negara bagian di India bahkan telah memberlakukan undang-undang yang tersebar luas. Misalnya, di Gujarat, pemotongan sapi, anak sapi, lembu jantan, dan lembu jantan dilarang, dan denda Rs. 50,000 (£ 486) dikenakan bersama dengan penjara seumur hidup.
Mayoritas ‘kelompok pelindung sapi’ berangkat bukan untuk melindungi sapi, tetapi untuk menargetkan dan menganiaya Muslim. Tidak sedikit kaum Muslim menjadi korban tanpa pengadilan dalam kasus ini.
Menurut catatan media, sepanjang 2010 dan 2018, sudah ada 123 insiden kekerasan terkait sapi– korban yang sebagian besar adalah Muslim (56%), diikuti oleh Suku Dalit- masyarakat kasta yang lebih rendah (10%), dan Hindu (9%).
Kelompok Fanatik Hindu dan Polisi di India Kampanyekan Perlawanan Terhadap Isu Imajiner “Jihad Cinta”
Banyak aktivis HAM, termasuk Shabnam Hashmi, menentang pandangan keliru ini. Mereka menuding partai yang berkuasa, BJP, dan organisasi induknya yang berhaluan ekstrem kanan, Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), berusaha menarget Muslim India.
“RSS berusaha menyebarkan gossip bahwa pria-pria Muslim secara terorganisir merayu perempuan-perempuan Hindu dan membujuk mereka agar berpindah ke agama Islam melalui pernikahan. Mereka kemudian memproduksi anak sehingga populasi Muslim meningkat di India,” katanya dikutip BBC.
Ketakutan berlebihan umat Hindu terhadap “Jihad Cinta” tercermin dalam reaksi mereka terhadap kehidupan moderen India. Menurut BBC, Oktober lalu, sebuah iklan televisi perusahaan perhiasan mewah Tanishq dikecam habis-habisan setelah munculnya iklan berjudul Ekatvam yang artinya persatuan menggambarkan seorang perempuan Hindu dan seorang pria Muslim yang sedang mempersiapkan pernikahan.
Begitu iklan itu ditayangkan, sejumlah aktivis Hindu melakukan protes keras di media sosial. Karena takut menghadapi kekerasan, perusahaan itu mencabut iklan tersebut dari peredaran.
November lalu, ketika Netflix menayangkan adaptasi BBC atas novel “A Suitable Boy” karya penulis India terkenal Vikram Seth, reaksi serupa juga muncul. Beberapa aktivis Hindu melakukan protes keras karena film itu menggambarkan ciuman mesra pasangan Hindu-Muslim. Mereka mengklaim bahwa film itu mendorong “Jihad Cinta’ dan membakar sentimen agama.*