Hidayatullah.com–Wakil-wakil rakyat di parlemen Spanyol setuju untuk membentuk sebuah komisi pakar guna menyelidiki secara resmi, untuk pertama kalinya, kasus-kasus kejahatan seksual di lingkungan Gereja Katolik.
Sebuah komisi independen akan mengkaji “tindakan-tindakan pribadi tercela yang dilakukan terhadap anak-anak yang tidak berdaya,” menurut rancangan undang-undang tersebut seperti dilansir Euronews Jumat (11/3/2022).
Komisi itu juga dibentuk untuk mengidentifikasi “mereka yang melakukan pelanggaran tersebut, serta mereka yang menutupi atau melindungi para pelaku.”
Tidak seperti negara-negara Eropa lain, Spanyol belum pernah mengadakan penyelidikan besar terhadap tuduhan pencabulan anak dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh rohaniwan dan orang-orang di lingkungan gereja.
Keputusan pembentukan komisi itu didukung oleh mayoritas 286 anggota parlemen, sementara 51 anggota menentang dan dua abstain. Usulan penyelidikan diajukan oleh partai pemerintah Partai Sosialis dan partai dari wilayah Basque PNV. Usulan tersebut hanya ditentang oleh politisi-politisi kanan-jauh dari Vox.
Komisi itu akan diisi orang-orang dari Ombudsman dan perwakilan dari pemerintah, korban serta pihak gereja.
Menurut studi tahun 2018 yang dilakukan oleh media Spanyol, sebanyak 1,246 korban kekerasan seksual di lingkungan gereja telah diidentifikasi sejak tahun 1930-an.
Gereja Katolik Spanyol sejak lama dituding mengabaikan skandal-skandal seksual yang dilakukan oleh pejabat dan rohaniwannya dan hanya mengakui 220 kasus sejak tahun 2001.
Hari Jumat, pihak gereja mengatakan telah mengidentifikasi lebih dari 500 kasus kejahatan seksual lawas sejak dilakukan penelusuran kasus pada 2020.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez lewat Twitter mengatakan bahwa investigasi itu merupakan langkah awal untuk mengobati sakit yang dirasakan para korban yang sebelumnya tidak pernah didengar sampai sekarang.
Podemos, partai koalisi pemerintah dari sayap kiri, sebelumnya sudah menyeru agar dibentuk komisi parlemen untuk menyelidiki kasus tersebut, tetapi Parti Sosialis lebih memilih untuk membentuk komisi pakar, meniru apa yang dilakukan di Prancis dan Belanda.
Hasil penyelidikan independen di Prancis menemukan bahwa sekitar 330.000 anak telah menjadi korban kejahatan seksual sejak tahun 1950 oleh pendeta, rohaniwan atau orang-orang yang berkaitan dengan gereja.
Di Jerman, laporan penyelidikan serupa yang dirilis pada bulan Januari menemukan sedikitnya 497 orang – kebanyakan anak lelaki dan remaja laki-laki – menjadi korban kejahatan seksual di lingkungan Keuskupan Munich-Freising antara 1945 dan 2019.
Pada bulan Februari, para pejabat gereja Spanyol mengumumkan audit eksternal baru guna mengungkap kejahatan seksual lawas yang pernah terjadi.
“Tampaknya kita harus mengambil langkah lebih lanjut dalam membantu dan mendukung para korban,” kata Kardinal Juan José Omella, presiden Konferensi Uskup Spanyol.*