Hidayatullah.com– Pemimpin Serbia di Bosnia Milorad Dodik berharap Donald Trump akan kembali menjabat sebagai presiden Amerika Serikat dan orang-orang Serbia menunggu waktu yang tepat untuk mewujudkan impian mereka melepaskan diri dari Bosnia yang disebutnya sebagai negara yang tidak akan bertahan lama.
Milorad Dodik, segelintir dari pejabat Eropa yang melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sejak invasi ke Ukraina, mengeluarkan pernyataan itu hari Ahad dalam pertemuan peringatan awal perang di bekas Yugoslavia 30 tahun lalu yang melahirkan negara Bosnia-Herzegovina, lansir Associated Press Senin (27/6/2022).
Bosnia mengalami perang besar pada 1992-1995 di mana lebih dari 100.000 orang tewas, sebelum berakhir dengan kesepakatan yang dijembatani Amerika Serikat.
Perjanjian damai yang dikenal sebagai Dayton Accords, melahirkan sebuah negara Bosnia-Herzegovina yang dikelola oleh lembaga kepresidenan tripartit yang terdiri dari tiga perwakilan; dari etnis Serbia di Bosnia, etnis Kroasia di Bosnia dan etnis Bosnia. Dodik salah satu anggota lembaga kepresidenan dari pihak Serbia di Bosnia.
Dodik, yang gencar mendorong agar orang-orang Serbia di Bosnia memisahkan diri dan menggabungkan wilayahnya dengan Republik Serbia, berkata, “Saya berdoa kepada Tuhan agar Donald Trump kembali berkuasa di Amerika.”
Selama pemerintahan Trump, Amerika Serikat jarang menanggapi upaya gencar orang-orang Serbia untuk memisahkan diri dari Bosnia.
Sedangkan ketika Joe Biden menduduki kursi presiden, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada Dodik atas pernyataan-pernyataan menghasutnya agar orang Serbia memproklamasikan pemisahan dari Bosnia dan menyerahkan wilayahnya ke negara tetangga Serbia. Inggris juga menjatuhkan sanksi kepada Dodik.
Awal bulan ini Dodik bertemu dengan Putin, dan hari Ahad lalu mengatakan bahwa dia bangga dengan pertemuan itu.
“Dia (Putin) mengatakan kepada saya hanya satu hal, yaitu ‘Kami tidak akan meninggalkan teman-teman kami.’ Rusia adalah negara yang tidak merugikan kami,” kata Dodik.*