Hidayatullah.com– Presiden Rusia Vladimir Putin hari Kamis (25/8/2022) memerintahkan militer Rusia untuk menambah jumlah personel sebanyak 137.000 sehingga total menjadi 1,15 juta.
Dekrit presiden itu, yang akan berlaku mulai 1 Januari, tidak menyebutkan secara khusus bagaimana cara menambah jumlah personel apakah lewat wajib militer atau pendaftaran sukarela arau keduanya.
Semua pria Rusia berusia 18-27 tahun harus menjalani wajib militer selama satu tahun, tetapi sebagian besar menghindari wajib militer karena alasan kesehatan atau penundaan yang diberikan kepada mahasiswa. Jumat pria yang menghindari wajib militer sangat besar di Moskow dan kota-kota besar lainnya, lansir Associated Press.
Militer Rusia menjaring wajib militer dua kali setahun, mulai 1 April dan 1 Oktober. Putin memerintahkan penjaringan 134.500 wajib militer musim semi awal tahun ini dan 127.500 musim gugur lalu.
Beberapa tahun terakhir, Kremlin menekankan peningkatan jumlah tentara kontrak sukarela dalam upaya memodernisasi tentara dan meningkatkan kapabilitasnya. Sebelum Kremlin mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, militer Rusia memiliki lebih dari 400.000 tentara kontrak, sekitar 147.000 di antaranya angkatan darat. Jumlah wajib militer diperkirakan sekitar 270.000, dan sisanya adalah perwira dan bintara.
Media Rusia dan organisasi non-pemerintah mengatakan pihak berwenang Rusia berusaha untuk meningkatkan jumlah pasukan yang dikerahkan di Ukraina dengan menarik lebih banyak sukarelawan, melibatkan tentara bayaran swasta dan bahkan menawarkan amnesti bagi narapidana sebagai imbal-balik dari kesediaan mereka dikirim ke medan perang.
Sejumlah analis militer mengatakan jika peperangan di Ukraina berlarut-larut, jumlah itu jelas tidak cukup untuk menopang operasi di Ukraina, yang membutuhkan pasukan berkekuatan 1 juta orang.
Namun, upaya mobilisasi massa kemungkinan akan menyulut kemarahan rakyat dan mengganggu stabilitas politik Rusia.Hal seperti ini pernah terjadi di masa perang pemisahan diri Chechnya pada 1990-an dan awal 2000-an, ketika pasukan wajib militer Rusia yang kurang terlatih dikerahkan ke pertempuran dan mengalami kekalahan besar.
Kolonel (purn) Viktor Murakhovsky mencatat bahwa dekrit Putin yang dirilis pada hari Kamis itu mencerminkan tekanan untuk mengerahkan sebanyak mungkin pasukan di tengah aksi militer di Ukraina.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dalam komentar yang dikutip situs media online RBC, Murakhovsky mengatakan Kremlin sepertinya akan mengandalkan tentara yang mendaftar secara sukarela.
Seorang pakar militer Rusia lain, Alexei Leonkov, juga mengatakan pihak berwenang tidak akan memperluas wajib militer dan akan menambah jumlah pasukan dengan mempekerjakan lebih banyak tentara kontrak.
“Peralatan militer baru semakin kompleks, dan orang-orang yang mengoperasikannya membutuhkan pelatihan setidaknya selama tiga tahun,” kata Leonkov seperti dikutip oleh kantor berita resmi RIA Novosti. “Tentara wajib militer tidak akan membantu, jadi tidak akan ada peningkatan jumlah wajib militer.”*