Hidayatullah.com– Niloofar Hamedi dan Elahe Mohammadi, dua jurnalis wanita yang pertama kali mengabarkan dan melaporkan kematian Mahsa Amini di tangan polisi moral diberi label sebagai agen CIA, menurut sebuah pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Intelijen dan unit intelijen di Korps Garda Revolusi Iran.
Pernyataan itu menuding kedua wanita tersebut sebagai “sumber utama berita untuk media asing” dan mengklaim unjuk rasa di berbagai daerah di Iran beberapa waktu terakhir dimotori oleh organisasi intelijen Amerika Serikat CIA dan Israel Mossad dan merupakan operasi yang telah direncanakan sebelumnya, lansir Arab News Ahad (30/10/2022).
Hamedi and Mohammadi dikabarkan saat ini ditahan di penjara Evin yang terkenal keras, di mana kebakaran yang terjadi awal bulan ini menyebabkan empat orang tewas dan beberapa lainnya terluka.
Hamedi, jurnalis pertama yang melaporkan pembunuhan Amini, dituduh menyamar sebagai reporter dan mendesak keluar Mahsa Amini untuk menceritakan perihal kematiannya.
Mohammadi disebut menerima pelatihan sebagai agen mata-mata asing di luar negeri, menyusul laporannya perihal pemakaman Mahsa Amini.
Para jurnalis di berbagai daerah di Iran terkejut dengn pernyataan itu.
“Mereka terus memantau kami dengan ketat dan saya disarankan untuk memutuskan semua hubungan dengan koresponden-korespnden asing. Saya menerima panggilan telepon dari luar negeri dan jika mereka memonitor catatan telepon saya dan menemukan bahwa seseorang dari negara Barat menelepon – meskipun itu adalah teman – maka itu menjadi risiko besar bagi saya,” kata seorang jurnalis Iran kepada The Guardian.
“Mereka tahu bahwa ada orang-orang di dalam Iran, seperti saya, yang berhubungan dengan teman atau media di luar negeri. Mereka akan menggunakan pernyataan dan kesimpulan ini untuk melakukan lebih banyak penangkapan, atau lebih buruk lagi, mengeksekusi warga negara mereka sendiri dengan tuduhan spionase,” kata seorang jurnalis lain perihal rezim Syiah Iran.*