Hidayatullah.com– Seorang diplomat senior Iran menuding negara-negara Barat mempromosikan kekerasan di negaranya dengan cara membantu para demonstran – yang disebut rezim sebagai perusuh – membuat senjata dan bom molotov.
Demonstrasi mengecam kebrutalan aparat atas kematian Mahsa Amini merebak di berbagai daerah di Iran, dan kemudian berkembang menjadi aksi protes anti-rezim.
Dalam panggilan telepon Kamis malam (10/11/2022) dengan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menuduh pemerintah Barat “mempromosikan kekerasan dan mengajarkan (para pengunjuk rasa) cara membuat senjata dan bom molotov lewat jejaring sosial dan media”.
Aksi-aksi tersebut menyebabkan kematian petugas kepolisian dan keamanan di Iran, dan bahkan mereka mempersiapkan lahan bagi aksi teroris kelompok IS (ISIS alias Daesh), kata Menlu Iran itu seperti dimuat dalam situs we kementerian, lansir Reuters.
Setidaknya 13 orang tewas pada 26 Oktober di sebuah tempat suci Syiah di kota selatan Shiraz, dalam serangan yang diklaim oleh kelompok ISIS.
Amir-Abdollahian juga mengkritik negara-negara Barat yang menekan agar digelar sesi khusus di UN Human Rights Council untuk meminta pertanggungjawaban Iran atas tindakan kerasnya terhadap para demonstran.
Sesi semacam itu seharusnya diadakan untuk “pemerintah yang menyebarkan kekerasan dan teror, bukan untuk (Iran), yang merupakan pembela HAM sejati dan berusaha menahan diri dalam menghadapi kerusuhan belakang ini,” kata Amir-Abdollahian.*