Hidayatullah.com– Seorang pejabat tinggi kesehatan China mengatakan bahwa dirinya yakin China saat ini sedang mengalami satu dari 3 gelombang infeksi Covid-19 pada musim dingin kali ini yang akan berlangsung sampai Maret 2023, sementara laporan jumlah kasus infeksi diragukan kebenarannya.
Angka resmi terbaru menunjukkan jumlah infeksi harian baru yang relatif rendah. Pemerintah melaporkan hanya 2.097 kasus harian baru pada hari Ahad (18/12/2022). Namun, ada kekhawatiran angka-angka ini jauh lebih rendah dari kenyataan, karena belakangan ini tes Covid massal tidak lagi dilakukan dan sebagian besar aturan pembatasan dicabut.
Pakar epidemiologi Wu Zunyou mengatakan dia meyakini lonjakan infeksi saat ini akan berlangsung sampai pertengahan Januari 2023, sementara gelombang kedua akan dipicu oleh banyaknya perjalanan berkaitan dengan perayaan tahun baru China yang dimulai 21 Januari. Jutaan orang biasanya melakukan perjalanan pada masa ini untuk menikmati liburan bersama keluarga.
Gelombang ketiga akan berlangsung mulai akhir Februari sampai pertengahan Maret bersamaan dengan dimulainya kembali aktivitas kerja usai liburan, kata Dr Wu seperti dilansir BBC.
Dalam konferensi pers hari Sabtu, Dr Wu mengatakan bahwa tingkat vaksinasi saat ini memberikan cukup perlindungan sehingga terjadi penurunan jumlah infeksi berat.
Secara keseluruhan, China mengatakan lebih dari 90% populasinya telah divaksinasi penuh. Namun, kurang dari separuh orang berusia 80 tahun ke atas telah menerima tiga dosis vaksin. Orang lanjut usia lebih berpeluang menderita gejala Covid yang parah.
Vaksin buatan China terbukti kurang efektif mengatasi infeksi serius dan kematian Covid-19 dibandingkan vaksin mRNA yang banyak digunakan di belahan dunia lain.
Pernyataan Dr Wu diungkapkan setelah sebuah lembaga riset terkemuka di Amerika Serikat melaporkan awal pekan lalu bahwa pihaknya berkeyakinan China akan mengalami lonjakan infeksi dan kemungkinan lebih dari 1 juta orang meninggal akibat Covid-19 pada tahun 2023 di negara itu.
Pemerintah China belum secara resmi melaporkan kematian akibat Covid sejak 7 Desember 2022, ketika aturan pembatasan dicabut menyusul protes massal terhadap kebijakan nol-Covid. Tes massal juga tidak lagi dilakukan.
Namun, warga China melalui media sosial melaporkan sejumlah kematian berkaitan dengan Covid-19 di Beijing.
Rumah sakit di ibu kota dan di kota-kota lain sedang berjuang untuk mengatasi lonjakan, yang juga berdampak pada layanan pos dan katering.
Sementara itu, kota terbesar di China, Shanghai, telah memerintahkan sebagian besar sekolahnya untuk menggelar proses belajar-mengajar daring karena kasus infeksi melonjak.*