Hidayatullah.com–Israel tidak mengizinkan bahan makan pokok, bahan bangunan, perlengkapan listrik, obat-obatan dan alat kesehatan masuk ke Gaza, tapi justru memperbolehkan masuk Coca-Cola dan aneka jenis junk food (makanan sampah).
Seperti dilansir Ynet (10/6) pejabat Israel dan Palestina mengatakan bahwa hari Rabu pemerintah Isreal telah memperbolehkan masuk sebagian barang makanan yang dilarang masuk ke Gaza.
Pejabat penghubung Palestina, Raid Fattuh mengatakan Israel telah mengangkat larangan masuk atas soda, jus, selai, bumbu, krim cukur, keripik, kue-kue ringan dan permen. Katanya, hari Rabu kemarin sebagian produk itu telah masuk ke Gaza.
Ketika pemerintah Israel mulai memberlakukan blokade penuh atas Jalur Gaza pada tahun 2007, mereka membuat sebuah daftar berisi nama 4.000 barang yang dilarang masuk ke wilayah pesisir Palestina itu. Sebagian besar barang yang masuk dalam daftar adalah bahan makanan pokok dan serta segala hal yang dibutuhkan untuk kebutuhan pangan, sandang dan papan. Dengan ditambahkannya “makanan sampah” dalam daftar barang yang diijinkan masuk, maka ada 150 barang yang bisa didapat warga Gaza, menyisakan 3.850 lainnya yang masih dilarang.
“Kami ingin Israel mengangkat larangan masuk atas tekstil, pakaian, peralatan kantor, produk kertas, dan perlengkapan sekolah,” kata Fattuh.
“Tapi yang paling kami inginkan, Israel memperbolehkan pengiriman semen dan besi, karena ini merupakan material yang sangat esensial.” tambahnya.
Rabu sebelumnya, PM Netanyahu dan para menteri G7 mendiskusikan tentang tragedi Freedom Flotilla dan kemungkinan pemberian konsesi ke Gaza, namun pengumuman resmi mengaenai hal tersebut belum diumumkan secara resmi hingga saat ini.
Mengutip Ynet, pejabat Israel yang berbicara secara anonim mengatakan, penundaan pengumuman resmi dilakukan untuk meredam tekanan internasional atas serbuan Israel ke Freedom Flotilla.
Sementara sumber-sumber Palestina di Gaza menyangkal berita tersebut, dan mengatakan bahwa pernyataan Israel itu sengaja dibuat untuk menutupi tindak kejahatan pembajakan yang dilakukannya. Hingga saat ini tidak ada perubahan keadaan.
Awal pekan ini, para aktivis Israel menggunakan isu Gilad Shalit sebagai barter dengan izin barang masuk ke Gaza.
Shimshon Libman, yang memimpin aksi aktivis Isarel itu mengatakan, “Tidak bisa diterima, jika Israel memperbolehkan barang dalam jumlah besar masuk ke Gaza, sementara Gilad Shalit membusuk di tempat bawah tanah Hamas.” Blokade atas Gaza menurut Libman, adalah sebuah cara untuk menekan Hamas agar membebaskan prajurit Israel tersebut.
Alasan dipilihnya Coca-Cola sebagai barang yang diperbolehkan masuk ke Gaza sudah barang tentu mudah ditebak. Minuman bersoda ini diproduksi oleh perusahaan pemberi donasi terbesar bagi negara Zionis Israel (baca berita wawancara sebelumnya: Coca Cola & Israel : Is Not the Real Thing). Sementara junk food adalah makanan ringan yang tidak memiliki gizi, tetapi sangat digemari orang banyak dan cenderung menimbulkan ketagihan. Konsumsi kedua macam jenis makan ringan itu biasanya meningkat tajam ketika ada event semacam piala dunia sepakbola.
Sementara itu ada tetangga Palestina menyatakan diri sebagai “pahlawan”. Setelah 3 tahun bekerjasama dengan Israel dalam memblokade Gaza, Mesir membuka jalur perbatasannya dengan wilayah Palestina.
Lucunya, pemerintah Mesir seakan ingin menunjukkan jasanya membebaskan Gaza dari blokade Israel.
“Mesir yang membuka blokade itu,” kata jurubicara Menlu Hossam Zaki. “Kami tidak akan membiarkan kekuatan penjajah lepas dari tanggungjawabnya.”
Padahal dunia tahu, Mesir dengan bantuan penuh dari Amerika Serikat yang merupakan sekutu dekat Israel, baru saja selesai membangun tembok baja bawah tanah agar warga Gaza tidak bisa memasukkan barang lewat terowongan. Dan pintu perbatasan Rafah dibuka setelah kecaman dunia internsonal datang bertubi-tubi atas insiden berdarah di atas konvoi bantuan kemanusian Freedom Flotilla. [di/imc/ynet/hidayatullah.com]