Hidayatullah.com—Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) ingin mengejar pengguna media sosial yang menargetkan beberapa pemain tim nasional atas komentar rasisnya, menyusul kekalahan Prancis dari Argentina di final Piala Dunia. Lebih dari 12 dari 25 pemain Prancis berkulit hitam dan keturunan Afrika, termasuk bintang Prancis Kylian Mbappe, yang merupakan keturunan Kamerun dan Aljazair.
FFF mengatakan pada hari Selasa bahwa beberapa pemain terkena “komentar rasis dan kebencian yang tidak dapat diterima di jejaring sosial”. Organisasi ini berencana untuk mengajukan gugatan hukum terhadap pengguna media sosial yang telah menargetkan anggota tim.
“Federasi sepak bola Prancis mengutuk dengan sangat tegas perilaku dan pelanggaran yang tidak dapat ditolerir ini,” bunyi pernyataan di Twitter.
Pada hari Senin, BBC melaporkan bahwa pelecehan rasial diarahkan pada pemain kulit hitam Prancis Kingsley Coman dan Aurélien Tchouaméni, yang gagal melakukan tembakan penalti penting dalam pertandingan 3-3 yang berakhir dengan adu penalti 4-2.
Kiper Argentina Emiliano Martinez menyelamatkan upaya Coman dari titik penalti, sementara tembakan Tchouaméni melebar saat Prancis gagal mempertahankan gelar yang dimenangkannya pada 2018.
Namun banyak ujaran kebencian, pesan kasar, termasuk emoji monyet dan pisang, ditujukan kepada rekan setimnya Randal Kolo Muani, yang sejak saat itu menonaktifkan komentar di postingan Instagramnya. Meta, yang memiliki Instagram, mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Athletic bahwa “kami telah menghapus komentar menjijikkan karena melanggar aturan kami.”
Menyusul penghinaan dan ujaran kebencian tersebut, pejabat pemerintah Prancis menyatakan kemarahan mereka. Menteri Kesetaraan dan Keanekaragaman Gender Isabelle Roma, menyatakan bahwa pemain Kylian Mbappe dan Kingsley Coman, yang keduanya berkulit hitam, termasuk di antara mereka yang menjadi korban pelecehan secara online.
Klub Coman, Bayern Munich, juga mengecam pernyataan rasis tersebut. “Keluarga FC Bayern mendukung Anda, Rasisme tidak memiliki tempat dalam olahraga atau masyarakat kita,” tulis Bayern di Twitter.
Sementara itu, beberapa pemain harus menonaktifkan komentar di akun Instagram mereka karena “serbuan hinaan rasis, dengan ratusan pengguna di jejaring sosial memposting komentar yang menyamakan mereka dengan kera, budak, atau bahkan mendorong mereka untuk kembali ke hutan, ” menurut pernyataan dari organisasi anti rasisme SOS Racisme.
Mengomentari kemunafikan dan standar ganda, khususnya serangan rasial dan ujaran kebencian kepada pemain berkulit hitam Prancis, Khaled Beydoun, seorang profesor Hukum di Wayne State University di Detroit memberikan komentar.
“Ketika Anda menang, Anda adalah orang Prancis, tetapi saat Anda kalah, Anda adalah orang Hitam, Afrika, dan Arab,” demikian sindirnya,
Pelecehan rasial di sepak bola
Lebih dari 12 dari 25 pemain Prancis berkulit hitam dan keturunan Afrika, termasuk bintang Prancis Kylian Mbappe, yang merupakan keturunan Kamerun dan Aljazair. Pelecehan online yang diarahkan pada trio Prancis itu serupa dengan yang diarahkan pada Jadon Sancho, Marcus Rashford, dan Bukayo Saka setelah final Euro tahun lalu, dalam kekalahan adu penalti Inggris dari Italia.
Menyusul kejadian ini, Polisi Inggris menangkap 11 orang karena unggahan rasis di media social. Salah satunya dijatuhi hukuman 10 minggu penjara.
Pelecehan rasis online terhadap pemain kulit hitam oleh penggemar sepak bola Eropa juga sering terjadi, terkadang meluas ke luar media sosial. Dua bulan setelah trio Inggris menjadi sasaran, FIFA mendenda Federasi Sepak Bola Hongaria dan melarang penggemarnya karena “perilaku rasis dari banyak pendukung” saat kalah dari Inggris di Budapest.
Kurang dari sebulan kemudian, penggemar di Jerman melemparkan bir dan benda lain ke pemain kulit hitam selama pertandingan Bundesliga. Sebuah pisang dilemparkan ke pemain depan Brasil Richarlison saat ia merayakan golnya saat pertandingan persahabatan di Paris, pada bulan September.
Meski gagal mempertahankan gelar Piala Dunia 2018, tim Prancis disambut dengan hangat saat kembali ke Paris pada Senin malam, dengan ribuan penggemar menyemangati mereka di Place de la Concorde. Kekalahan Prancis dari Argentina di final Piala Dunia 2022 mengakhiri upaya mereka untuk menjadi negara keempat yang memenangkan Piala Dunia tiga kali, sebuah pencapaian yang sekarang dapat diklaim Argentina.*