Hidayatullah.com—Kesimpulan laporan Human Rights Watch yang baru diterbitkan menyebutkan bahwa ada jaringan tempat-tempat penyiksaan di Suriah.
Euronews melaporkan (03/07/2012), Human Rights Watch merekam lebih dari 200 wawancara dari para saksi, yang didokumentasikan sejak gelombang aksi unjuk rasa menentang Presiden Bashar Al Assad dimulai Maret lalu.
Berdasarkan cerita yang disampaikan para saksi yang pernah ditahan dalam kurungan rezim Al Assad, berhasil diidentifikasi 27 fasilitas tahanan, nama para komandan yang bertanggungjawab di tempat itu, serta metode penyiksaan yang dipakai.
Bocah berusia 13 tahun bernama Hossam yang pernah ditahan bercerita, “Kedua kalinya saat mereka membawa saya masuk, mereka menanyai dan menyetrum saya. Saya pingsan sekitar lima menit. Saat tersadar saya sudah berada dalam sel. Paman tidak ada bersama saya. Dia mungkin juga sedang diinterogasi. Ketiga kalinya saya dibawa masuk untuk ditanyai, terakhir, mereka mencabuti kuku saya dengan catut atau obeng.”
Gambar-gambar sketsa yang ada dalam rincian laporan itu mencakup gambaran tentang kondisi tahanan yang penuh sesak, para tahanan dipukuli dengan tongkat, disiram air keras, dan mendapatkan kekerasan seksual. [Baca juga: Pasukan Al Assad dan Shabiha Lakukan Kekerasan Seksual]
Seorang tentara disersi yang mengaku bernama Karam bercerita, “Kami biasanya mendatangi demonstrasi, dan kami takut satu sama lain. Jika ada perintah yang ditolak oleh seorang prajurit dari kesatuan manapun, hukumannya bakalan mati.”
HRW mengatakan, bukti-bukti dalam laporan setebal 81 halaman yang mereka buat, menunjukkan adanya kebijakan penyiksaan dan perlakuan buruk oleh negara, yang memenuhi kriteria kejahatan atas kemanusiaan dan harus diselidiki oleh Mahkamah Kejahatan Internasional.*
Berita seputar Suriah ini hasil kerjasama dengan Majalah Al-Bayan.