Hidayatullah.com–Gencatan senjata di Suriah tergugat setelah tentara pemerintah Rezim Bashar al Assad masih terus mengintensifkan serangan Wadi Barada, dekat Damaskus. 10 kelompok oposisi menyatakan mereka tidak akan mengikuti perundingan pada bulan ini.
Perundingan terkaif konflik di Suriah itu dijadwalkan berlangsung di Ibu Kota Kazakhstan, Astana akhir Januari ini tetapi koalisi oposisi dan kelompok pembebasan mengancam menarik diri akibat pelanggaran gencatan senjata yang terus dilakuan rezim Presiden Bashar Al-Assad dibantu sekutunya, Rusia, Iran, dan milisi Syiah Lebanon.
“Mengingat gencatan senjata terus dilanggar, koalisi oposisi mengumumkan untuk membekukan perundingan di Astana,” kata mereka dalam pernyataan bersama dikutip AP.
Oposisi mengatakan, mereka mematuhi gencatan senjata itu yang mencakup seluruh Suriah, namun tentara Bashar dan sekutunya tidak berhenti melakukan bedilan dan berulang kali melanggar kesepakatan tersebut terutama di daerah yang dikuasai pihak oposisi di Wadi Barada dan Ghouta Timur dekat Damaskus.
Sebagaimana diketahui, dua minggu ini –bahkan sebelum pelaksanaan gencatan senjata Suriah yang disponsori oleh Ankara dan Moskow– angkatan udara Suriah setiap hari membombardir Wadi Barada yang terletak sekitar 15 kilometer dari Damaskus.
Rezim Bashar dan Teroris Hizbullah Serang Daerah Pasokan Air dekat Damaskus
Kemarin, tentara Suriah yang didukung serangan udara dan tembakan artileri mara untuk merebut tersebut yang menyimpan pasokan air untuk Damaskus, kata kelompok Pemantau HAM Suriah.
Aljazeera menulis, pasukan pemerintah Bashar sejak Jumat (23/12/2016) juga meluncurkan serangan ofensif terhadap kelompok milisi Jayshul Islam yang menguasai Wadi Barada.
Dalam sebuah video yang diposting kelompok oposisi dan pembebasan, serangan di wilayah yang dikuasai Jaysul-Islam sangat intensif dan banyak menimbulkan kerusakan.
Sedikitnya 14 penduduk sipil tewas dan beberapa lainnya terluka dalam serangkaian bom barel. Kelompok relawan White Helmets mengatakan, sejumlah orang terjebak di bawah reruntuhan setelah serangan bom berat itu.
Laman The New Arab menyebut, serangan baru di Wadi Barada ikut menewaskan seorang jenderal Iran Jenderal Gholam Ali Kalizada dan milisi Syiah Hizbullah, namun hingga saat ini berita tersebut belum ada konfirmasi pihak Iran.
Konflik di Suriah mengakibatkan lebih 310.000 orang terbunuh dan menyebabkan setengah dari populasi negara itu menjadi pengungsi. Sementara itu, lebih 103.000 orang telah diselidiki sebagai bagian dari penyelidikan, tambahnya.
Lembaga nonpemerintah (NGO) mengungkapkan pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad dan sekutunya telah melanggar gencatan senjata 77 kali sejak mulai berlaku akhir pekan lalu.
Lembaga Syrian Network for Human Rights (SNHR), sebuah NGO yang berbasis di London, Inggris, menyatakan hal itu dalam sebuah laporan yang diterbitkan Senin (02/01/2016) waktu setempat.
“Rezim Suriah melakukan 72 pelanggaran (gencatan senjata) sementara Rusia bertanggung jawab atas lima pelanggaran yang dilakukan ketika mengebom wilayah tengah Hama dan utara Aleppo,” laporan itu menegaskan.
Menurut SNHR, laporannya didasarkan pada wawancara pribadi dengan sejumlah korban yang selamat dari serangan terakhir, keluarga korban, dan saksi mata.
“Di antara 77 pelanggaran dikutip, 68 berada dalam bentuk operasi pertempuran dan sembilan dalam bentuk penahanan,” kata laporan itu seperti dilansir World Bulletin.
SNHR mencatat bahwa sebagian besar pelanggaran yang dilakukan rezim Suriah telah terjadi di Provinsi Homs.
LSM juga meminta Rusia –selaku penjamin perjanjian gencatan senjata- untuk menekan sekutu-sekutunya di Damaskus dan Iran untuk mematuhi ketentuan kesepakatan.
Ribuan Warga Pro Bashar Rayakan Kemenangan Jatuhnya Aleppo Timur
Jumat malam lalu, gencatan senjata -yang ditengahi oleh Turki dan Rusia- mulai berlaku di seluruh Suriah sebagai pembuka jalan bagi perundingan damai di Astana, Kazakhstan, akhir Januari ini.
Bantahan Turki
Menteri Pertahanan Turki, Fikri Isik mengatakan, sejauh ini pihaknya tidak melihat adanya pelanggaran gencatan senjata di Suriah. Gencatan Senjata di Suriah berlangsung sejak Jumat lalu.
“Belum ada pelanggaran apapun sejauh yang kami tahu, yang bisa merusak gencatan senjata tersebut,” kata Isik dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency (AA) pada Selasa (03/01/2017).
“Kami harus sangat berhati-hati tentang masalah ini. Kami mengawasi setiap langkah di sepanjang jalan dengan Federasi Rusia untuk membuat gencatan senjata permanen dan memiliki solusi politik yang dapat membuka jalan untuk masa depan Suriah,” sambungnya.
Sementara itu, Isik di kesempatan yang sama juga membahas serangan udara Rusia terhadap ISIS di Suriah utara. Dia mengatakan keputusan Rusia untuk turut menyerang basis ISIS di utara Suriah yang dekat dengan perbatasan Turki adalah sebuah hal yang penting.
Pernyataan Ankara sendiri bertolak belakang dengan apa yang disampaikan oleh oopasukan pemerintah Suriah terus menerus melakukan pelanggaran terhadap gencatan senjata itu.
Sebagaimana diketahui, semenjak menjenga pergantian tahun, pasukan rezim Suriah terus melancarkan serangan-serangan di Wadi Barada, meski ada kesepakatan gencatan senjata.*