Hidayatullah.com—Perwakilan Organisasi PBB yang mengurus para pengungsi (UNHCR), Sajjad Malik mengatakan kondisi Aleppo saat ini lebih buruk dari apa yang dibayangkan orang.
Dia yang kini berada di Aleppo sejak 7 hari lalu mengatakan, kondisi kerusakan pernah ia lihat saat mengunjungi tempat konflik seperti di Somalia dan Afghanistan. Namun situasi di Aleppo jauh lebih parah dari itu.
“Melihat kondisi yang sangat parah itu, seorang warga Suriah bertanya kepada saya, bagaimana kami ingin memulai kehidupan?
“Banyak yang harus dilakukan tapi kami akan terus melakukannya,” katanya sambil menyatakan Aleppo ada harapan untuk pulih.
Sajjad melaporkan saat ini, 1,5 juta warga Suriah di Aleppo. Sementara lembaga PPP hanya bisa mengakses 400.000 orang, dan semua telah menerima bantuan seperti tempat perlindungan, makanan, air bersih, obat dan pakaian musim dingin.
1,1 juta orang telah menerima pasokan air bersih untuk diminum dan 7 klinik bergerak telah disediakan dan lebih 20.000 menerima bantuan makanan yang disediakan setiap hari.
Dunia Mengutuk Kekejaman Rezim Bashar dan Sekutunya di Aleppo
Sebanyak 106 staf PBB ditugaskan mengelola bantuan di Aleppo. Mereka bekerja dengan mitra termasuk Komite Palang Merah Internasional, Bulan Sabit Merah, serta LSM Suriah dan pihak berwenang setempat.
“2.200 keluarga telah kembali ke Aleppo dan terpaksa tinggal di rumah tanpa jendela dan pintu.
“Banyak anak-anak berusia 4 dan 5 tahun membutuhkan pendidikan dan berhajat kepada bantuan dan dukungan moral,” katanya sebagaimana diceritakan di laman resmi unhcr.org, Rabu (04/01/2016).

Lebih dari 261.000 orang telah menerima bantuan melalui distribusi selimut, kasur, pakaian musim dingin, tenda keluarga, karpet, kantong tidur dan jerigen. Banyak lagi yang diperlukan untuk membantu cuaca kondisi dingin yang bisa membuat mereka membeku, kata Malik.
Tujuh klinik mobil dan 12 mobile tim memberikan pelayanan kesehatan, 70 ton pasokan medis pra-posisi yang tersedia untuk 300.000 kursus pengobatan di daerah-daerah. Selain itu, hampir 10.500 anak-anak telah divaksinasi polio, dan 1.381 sakit kritis dan terluka dari Aleppo timur telah dirujuk ke rumah sakit umum. Puluhan ribu telah menerima perlengkapan kebersihan.
Pilu di Aleppo, Perempuan Izin Bunuh Diri untuk Hindari Teror Perkosaan Rezim Bashar
PBB telah menyiapkan jatah makanan meliputi 119.500 orang selama satu bulan. Membangun dapur komunal untuk menyediakan makanan panas untuk 20.700 orang di tempat penampungan kolektif. PBB juga membagikan roti baru siap dipanggang setiap hari untuk 40.000 orang.
Sebagian kecil dari Aleppo masih kekurangan akses terhadap bantuan, terutama karena kehadiran artileri yang gagal meledak, dan dukungan sangat diperlukan untuk membantu aman menghapus bahaya ini.
Pada akhirnya, UNHCR dan para mitra bertujuan untuk membantu sepenuhnya mengembalikan semua fasilitas pendidikan yang hancur di Aleppo.
“Ada lebih banyak bahwa kita masih perlu melakukan,” ditambahkan Malik. “Kita perlu untuk terus membangun ini.”
“Selama beberapa hari terakhir bahwa saya telah masuk dan keluar dari Aleppo timur dengan tim kita bisa melihat perbedaan bahwa proyek ini adalah membuat dalam membersihkan jalan-jalan utama,” kata Malik. “Orang-orang datang kembali dan baru mulai mengatakan, ‘bagaimana kita membangun kembali hidup kita?'”
Malik menekankan bahwa sementara pertempuran Aleppo berakhir, masih ada kebutuhan kemanusiaan besar-besaran di seluruh negeri. Konflik telah memaksa 4.86 juta Suriah melakukan eksodus ke negara-negara tetangga, sementara 13.5 juta di dalam negeri mengandalkan bantuan kemanusiaan, dengan 6,3 juta pengungsi internal. Badan-badan PBB dan LSM telah mengajukan dana lebih dari Rp 4,69 miliar untuk rencana dukungan tahun 2017.
Presiden Iran Ucapkan Selamat pada Bashar al Assad Serangan di Aleppo
Dalam sebuah pernyataan bulan lalu, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi mengatakan masih ada “risiko besar” bahwa pemindahan dan penderitaan tidak akan berhenti di Aleppo, tetapi akan diulang dalam perang lainnya.
“Demi perlindungan sipil di mana-mana, konflik Suriah harus berakhir, sekarang, dan tanpa penundaan,” ujarnya.
Sementara itu, usai melakukan pengeboman Aleppo, sekutur Rezim Bashar al Asaad, Rusia dikabarkan telah memulai penarikan pasukan militernya dari Suriah.
“Sesuai dengan keputusan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Federasi Rusia, Presiden Vladimir Putin, Kementerian pertahanan Rusia mulai mengurangi penyebaran angkatan bersenjatanya di Suriah,” bunyi laporan TASS mengutip pernyataan Valery Gerasimov seperti dikutip dari Reuters, Jumat (06/01/2016).
Namun sumber dari Zaman el-Wasl melaporkan, meskipun kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia dan Turki berlangsung sejak 6 hari yang lalu, milisi Syiah Iran dan Iraq dikabarkan telah diposisikan dekat Kota Khanaser guna mempersiapkan serangan besar.*