Hidayatullah.com—Para pemipin Eropa mengatakan, serangan senjata kimia terbaru di Kota Idlib Suriah, mengarah pada rezim kejam Bashar al Assad.
Pemerintah Inggris, PBB dan Prancis, mengutuk insiden terbaru yang disebut sebagai salah satu serangan kimia paling mematikan dalam perang di Suriah.
Dewan Keamanan PBB, hari Rabu (05/04/2017) kepada BBC mengabarkan segera menggelar sidang darurat terkait serangan Rezim Bashar dan sekutunya ini.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson bersikeras mengatakan, semua bukti penggunaan senjata kimia di Suriah mengarah ke rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Ia mengatakan Assad telah menggunakan senjata ilegal untuk membunuh rakyatnya sendiri.
Baca: 100 Warga Tewas Termasuk Anak-anak Oleh Serangan Gas Beracun Tentara Bashar al Assad
Johnson juga mengatakan bahwa ia tidak mengerti bagaimana pemerintah seperti itu dapat terus menjalankan pemerintahan yang sah atas orang-orang Suriah. Ia ingin melihat orang-orang yang bersalah dapat bertanggung jawab atas serangan ini.

Sementara Ketua Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, mengatakan membunuh warga sipil dengan senjata kimia telah dilarang dan dianggap sebagai kejahatan besar. “Siapa pun yang melakukannya tidak akan lepas dari keadilan, dan harus dihukum oleh masyarakat internasional sesuai dengan hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional,” kata dia, dikutip Arab News.
Gedung Putih mengaku ‘sangat yakin’ bahwa pemerintah Bashar al-Assad berada di balik serangan kimia yang menewaskan ratusan orang Suriah, termasuk anak-anak.
Lembaga Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) melaporkan serangan terhadap Khan Sheikhoun yang dilancarkan oleh pemerintah Suriah atau jet Rusia telah menyebabkan banyak orang tersedak.
Baca: Yang Perlu Diketahui: Apa Perang Suriah, Rezim Bashar dan Keterlibatan Syiah? [1]
Dalam pernyataannya, Presiden Donald Trump mengutuk apa yang disebutnya ‘tindakan keji’ oleh rezim Bashar al-Assad.
Pasca serangan senjata kimia di Kota Idlib yang menewaskan banyak orang hari Selasa (04/04/2017), Inggris dan Prancis menghimbau Bashar al Assad turun dari kursi pemerintahan.
Dilansir Reuters, Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson bersama Jean-Marc Ayrault dari pihak Prancis menyatakan telah menghitung 6 miliar dolar AS sebagai dana darurat tambahan dan mendorong sidang Uni Eropa di Brussels sebagai wadah bagi Assad dan para rivalnya untuk saling bertemu dan membicarakan isu perdamaian.
Seluruh dana kemanusiaan dengan total 8 juta dolar AS yang sudah terkumpul akan diberikan untuk Suriah. Namun, dana ini masih belum termasuk kebutuhan untuk pembangunan negara.
Bac: Yang Perlu Diketahui: Apa Perang Suriah, Rezim Bashar dan Keterlibatan Syiah? [2]
“Saya tidak paham mengapa Bashar al-Assad masih dilibatkan dalam konferensi setelah apa yang sudah ia lakukan (terhadap Suriah),” ungkap Johnson.
“Setidaknya 400 ribu warga tewas di Suriah, dan ia adalah pihak yang bertanggung jawab atas sebagian besar kematian ratusan ribu orang itu,” lanjutnya.
Bashar al Assad, selama ini didukung oleh Rusia dan Iran, selalu menjadi halangan utama dalam tiap kemajuan upaya penyelesaian konflik. Perang Suriah yang telah pecah sejak enam tahun lalu telah membunuh ratusan ribu jiwa, membuatnya menjadi salah satu bencana kemanusiaan yang sangat mengerikan.*