Hidayatullah.com–Pihak oposisi di Suriah menghendaki Garda Revolusi Iran dan milisi Syiah meninggalkan Suriah, pemimpin oposisi bersenjata, Fatih Hassun, mengatakan pada hari Senin (30/10/2017) di Astana, Kazakhstan, lapor Anadolu Agency pada hari yang sama.
Fatih Hassun mengatakan kepada Anadolu Agency: “Kami ingin Garda Revolusi Iran dan milisi Syiah keluar dari negara kami. Juga, kami ingin kelompok separatis Kurdi diadili atas kejahatan mereka. Kami akan menyampaikan masalah ini untuk mendapatkan perhatian PBB.”
Hassun menyampaikan pernyataannya itu di Astana, pada hari pertama putaran ketujuh perundingan damai yang bertujuan untuk mengakhiri Perang Suriah.
Dia mengatakan perwakilan dari delegasi oposisi yang menghadiri perundingan itu akan menyampaikan kepada PBB beberapa dokumen yang akan membantu menyingkirkan teroris asing yang didukung oleh Iran, dan meminta pertanggungjawaban organisasi teroris PKK/PYD atas pelanggaran hak asasi manusia.
Perundingan yang akan fokus pada penguatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 30 Desember itu, dimediatori oleh Turki, yang menyokong oposisi, dan Rusia dan Iran, yang mendukung rezim Bashar al-Assad.
Pertemuan itu dihadiri perwakilan dari rezim Suriah, kelompok-kelompok oposisi bersenjata Suriah, serta delegasi dari PBB, Yordania, dan Amerika Serikat.
Pertemuan dua hari itu juga akan membahas pembebasan tawanan dan sandera, dan aksi kemanusiaan di daerah ranjau.
Hassun mengatakan: “Setelah pembebasan sandera, kami ingin penghentian pengepungan dan akses ke bantuan kemanusiaan.”
Dia menambahkan selama pertemuan itu tiap pihak memiliki agenda yang “berbeda”, dia mengatakan: “[Agenda] Rusia adalah untuk mendapatkan manfaat dalam mendukung rezim. Agenda Iran adalah untuk memberhentikan pertemuan Astan.”
Hassun mengatakan mereka juga akan menyampaikan sebuah dokumen kepada PBB tentang pelanggaran gencatan senjata.*/Abd Mustofa