Hidayatullah.com–Rusia pada Senin mengatakan mereka akan menganggap pesawat apapun milisi koalisi AS yang beroperasi di barat sungai Euphrates, Suriah sebagai “target” dan mengecam jatuhnya pesawat milik rezim Bashar al Assadi oleh pasukan AS.
Sebelumnya, militer AS dikabarkan telah menembak jatuh sebuah pesawat tempur Suriah Su-22 di Taqba – 55 KM barat Kota Raqqa – pada Ahad, dan mengatakan pesawat itu mengancam sekutu dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) ketika mereka sedang dalam pertempuran darat dengan sekutu pemerintah Suriah di sekitar Raqqa.
Wakil menteri pertahanan Rusia, Sergei Ryabkov, mengatakan insiden itu merupakan sebuah “tindakan agresi”.
Kementriannya mengatakan tindakan itu membatalkan kesepakatan kerjasama dan jaringan telepon militer antar kedua pihak untuk menghindari insiden di wilayah udara Suriah telah ditutup sementara.
“Komando pasukan koalisi tidak menggunakan jaringan komunikasi yang dibuat untuk mencegah insiden di wilayah udara Suriah,” kementrian pertahanan mengatakan dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip middleeasteye.net.
Baca: 100 Warga Tewas Termasuk Anak-anak Oleh Serangan Gas Beracun Tentara Bashar al Assad
Sebagai hasilnya, mereka sekarang “mengakhiri kerja sama dengan pihak Amerika dari 19 Juni sebagai peringatan untuk mencegah insiden dan memastikan keamanan penerbangan udara yang beroperasi di Suriah, dan meminta diadakannya sebuah investigasi oleh komando AS” terkait ditembak jatuhnya pesawat Suriah.
“Objek terbang apapun, termausk pesawat dan drone koalisi internasional, yang ditemukan di barat sungai Euphrates akan dilacak sebagai target udara oleh pertahanan udara Rusia dan di atas tanah,” katanya.
Pembelaan pihak AS
Otoritas AS pada Ahad membela tindakan mereka dengan mengatakan, “Sesuai dengan aturan pertempuran dan pertahanan diri kolektif pasukan yang berpartner dengan koalisi, (jet Suriah) segera ditembak jatuh oleh sebuah F/A-18E Super Hornet AS,” katanya.
Pihaknya mengatakan telah “menghubungi rekan Rusiannya melalui telepon untuk mendirikan ‘garis anti-konflik’ untuk mencegah meningkatnya situasi dan menghentikan penembakan”.
Mereka mengatakan tidak ingin “memerangi rezim Suriah, Rusia atau pasukan pro-rezim” tetapi tidak akan “ragu melindungi diri atau pasukan sekutunya dari ancaman apapun”
Baca: Penasihat Militer Rusia Terbunuh oleh Penembak Jitu di Suriah
Milisi SDF pada Senin mengatakan pihaknya akan “terpaksa membalas” jika pemerintah Suriah terus menyerang posisinya di sekitar Raqqa.
“Pasukan rezim…telah meningkatkan serangan berskala besar menggunakan pesawat, senjata berat, dan tank,” juru bicara SDF Talal Selo mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Jika rezim terus menyerang posisi kami di provinsi Raqqa, kami akan terpaksa membalas…dan melindungi pasukan kami.”
Meningkatnya situasi terjadi setelah perang enam tahun Suriah menjadi lebih rumit, setelah tempat pasukan AS dan sekutu mereka berkumpul di benteng pertahanan ISIS utara Raqqa berdekatan dengan pasukan pemerintah dukungan Rusia.
Pasukan Demokratik Suriah dukungan AS – gabungan antara petempur Arab dan Kurdi – bertempur untuk mengusir para militan dari Raqqa, dan menyerbu benteng kota ISIS minggu lalu.
Pasukan pemerintah tidak terlibat dalam pertempuran Raqqa, tetapi mereka melakukan serangan di wilayah barat daya kota itu, wilayah dekat petempur SDF.
Koalisi AS pada minggu-minggu ini telah meningkatkan serangan udara mereka di Suriah utara dan provinsi Raqqa.*/Nashirul Haq AR