Hidayatullah.com–Para penduduk Ghouta Timur menggambarkan sebuah “keadaan teror” di mana penduduk Suriah terus terbunuh di kantong wilayah kelompok pembebasan tersebut.
Jumlah korban tewas terbaru muncul di saat pemerintah Suriah meningkatkan operasi militernya untuk merebut kontrol wilayah yang terletak pinggiran Damaskus itu.
Sekitar 106 penduduk sipil, termasuk anak-anak, terbunuh oleh serangan udara dan mortar pemerintah Suriah pada Selasa, berdasarkan laporan badan pemantau Syrian Observatory for Human Rights (Observatorium Suriah untuk Kepala Hak Asasi Manusia /SOHR).
“Kami sedang menjadi target berbagai macam senjata. Tembakan meriam telah menarget penduduk sipil dan rumah sakit. Tidak ada tempat untuk bersembunyi,” Omran al-Doumani, seorang fotografer dari Ghouta Timur mengatakan pada Middle East Eye.
“Ghouta saat ini berada di dalam keadaan teror karena pemboman meriam yang mengerikan. Kami tidak mungkin tahu kapan ini akan berakhir.”
Baca: Jumlah Korban Tewas Kekalapan Rezim Bashar di Ghouta Timur Capai 200 Orang
Para relawan medis dari Syrian Civil Defence Force (Pertahanan Sipil Suriah/SCD), juga dikenal sebagai White Helmets, mengatakan pada MEE bahwa pemerintah Suriah terus melancarkan serangan udara dan tembakan meriam pada wilayah kelompok pembebasan itu selama “30 jam tanpa henti.”
Para petugas darurat kewalahan karena bekerja tanpa henti, dan mengatakan bom-bom gentong terus berjatuhan, para penduduk mengatakan merupakan yang pertama kalinya mereka melihat senjata semacam itu digunakan di wilayah tersebut.
Penduduk Sipil menjadi target
Laporan-laporan sebelumnya oleh SCD mengindikasikan bahwa serangan udara pemerintah Suriah telah menarget wilayah pemukiman, seperti kota Arbin di Ghouta Timur.
Sirag Mahmoud, seorang awak media dari SCD di Ghouta Timur mengatakan pada Middle East Eye bahwa “tidak ada lagi tempat yang aman di Ghouta Timur.”
“Dalam 24 jam terakhir, lebih dari 100 telah terbunuh dan ratusan lainnya luka-luka,” Mahmoud mengatakan pada MEE, sementara pemboman semakin intensif di wilayahnya. “Setiap dari orang-orang ini merupakan penduduk sipil. Orang yang tidak bersalah. Apa yang mereka lakukan sehingga pantas akan hal ini?”
Baca: Pasukan Rezim Assad Bunuh 400 Orang di Idlib dan Ghouta Timur
Penduduk lain yang berbicara pada MEE mengatakan bahwa pemerintah Rezim Suriah memiliki berbagai macam persenjataan dalam mengebom wilayah tersebut.
“Kami berada di bawah berbagai macam serangan. Serangan udara. Mortar. Mereka bahkan telah mulai menggunakan Bom Gentong di Ghouta Timur,” kata Eyad Srewel.
“Kami mencoba bertahan hidup dengan bersembunyi di bawah tanah. Tetapi bom gentong membuat kami semua sangat khawatir.”
Bom Gentong (barrel bomb), merupakan sebuah senjata mentah yang biasa terbuat dari tabung minyak, diisi dengan bahan bakar dan pencahan peluru dan dijatuhkan melalui helikopter, telah digunakan di sepanjang negara tersebut selama beberapa tahun, dan terkenal digunakan pada pertempuran Aleppo Timur pada akhir 2016.
Dia menambahkan: “Saya tidak tahu apa yang akan terjadi padaku dalam beberapa menit, beberapa jam atau beberapa hari ke depan. Orang-orang telah menerima nasib mereka dan secara mental mempersiapkan diri untuk mati. Kami terperangkap. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan.”
Bom-bom menghujani wilayah pinggiran itu selama tiga hari berturut-turut dan sementara pemerintah Suriah terus melakukan pengepungan yang merampas makanan dan suplai medis para penduduk.
Laporan-laporan pada Minggu mengklaim bahwa pasukan Bashar al-Assad mengumpulkan para tentara di luar daerah kelompok pembebasan dalam upaya untuk mengambil alih daerah pinggiran Damaskus itu.
Baca: Pasukan Rezim Suriah Lancarkan Serangan Gas Klorin di Ghouta Timur
Korban sipil pada Selasa menyusul kematian lebih dari 100 penduduk sipil pada Senin, dengan ratusan lebih terluka, dalam satu hari yang menyaksikan empat rumah sakit darurat, termasuk sebuah klinik bersalin, menjadi target pasukan pemerintah, menurut laporan kelompok bantuan.
Sekitar 400.000 orang masih berada di bawah pengepungan di Ghouta Timur, termasuk ratusan orang yang sangat membutuhkan perawatan medis di luar wilayah itu.
PBB kehabisan kata-kata
Persatuan Bangsa-Bangsa telah meminta sebulan penuh genjatan senjata di seluruh Suriah agar dapat bisa menyalurkan bantuan dan evakuasi medis, tetapi tidak berhasil.
Badan pemberdayaan anak PBB, UNICEF, merilis sebuah “pernyataan” kosong pada Selasa untuk menyampaikan kemarahannya terkait korban massal dari anak-anak Suriah di Ghouta Timur dan wilayah-wilayah dekat Damaskus.
“Tidak ada kata yang pantas terkait anak-anak yang terbunuh, ibu-ibu mereka, ayah-ayah mereka dan orang yang mereka cintai,” pernyataan dari direktur regional UNICEF Geert Cappalaera memulai.
Diikuti dengan 10 garis kosong dengan tanda kutip menunjukkan kata-kata yang hilang, dan catatan penjelasan.
“UNICEF mengeluarkan pernyataan kosong ini. Kami tidak lagi mempunyai kata-kata untuk menjelaskan penderitaan anak-anak dan kemarahan kami,” katanya.
“Apakah orang-orang yang menimbulkan penderitaan ini masih memiliki kata-kata untuk membenarkan aksi barbar mereka?”*/Nashirul Haq AR