Hidayatullah.com–Sedikitnya 30 ribu warga telah mengungsi dari provinsi Idlib, barat laut Suriah, kata juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Senin, dikutip Anadolu Agency.
Stephane Dujarric mengatakan kepada wartawan di markas besar PBB New York, mayoritas pengungsi telah melarikan diri ke Idlib utara dekat perbatasan Turki, di tengah meningkatnya serangan udara dan darat oleh rezim dan pasukan Rusia di sana pada 1 sampai 9 September.
Kira-kira setengah dari mereka yang mengungsi tinggal di kamp-kamp penampungan, kata Dujarric.
“Kami tetap prihatin dengan kondisi 3 juta warga sipil di Idlib ini, di mana intensifikasi pertempuran telah mengakibatkan kematian, cedera dan pemindahan, serta penghancuran infrastruktur sipil,” kata Dujarric.
Dewan Keamanan PBB (DK PBB) pada Selasa akan membahas tentang perkembangan di Idlib, Suriah, serta pertemuan puncak pekan lalu di Teheran antara presiden Turki, Rusia dan Iran yang menggarisbawahi bahwa “tidak akan ada solusi militer untuk konflik Suriah” dan menyerukan untuk mempercepat proses politik untuk mencapai solusi yang telah dirundingkan.
Baca: Serangan Udara Rusia di Idlib Tewaskan 140 Warga Sipil
Rezim Suriah baru-baru ini mengumumkan rencana untuk meluncurkan serangan militer besar-besaran di daerah itu, yang telah lama dikendalikan oleh berbagai kelompok oposisi bersenjata.
PBB memperingatkan pekan lalu bahwa serangan semacam itu akan mengarah pada “bencana kemanusiaan terburuk di abad ke-21”.
Sementara itu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, serangan pasukan pemerintah Suriah di wilayah Idlib akan menyebabkan bencana kemanusiaan dan berisiko bagi keamanan Turki, Eropa dan sekitarnya. Peringatan ini disampaikan Erdogan dalam artikel di Wall Street Journal.
Pekan lalu, pesawat tempur Rusia dan Suriah melanjutkan aksi pemboman mereka di Idlib, daerah kantong pemberontak terakhir di Suriah. Serangan diluncurkan setelah berminggu-minggu wilayah itu tenang.
Erdogan gagal mewujudkan kesepakatan gencatan dalam sebuah pertemuan trilateral—Turki, Rusia dan Iran—di Teheran yang membahas situasi Idlib.
Dalam artikel surat kabar yang berbasis di Amerika Serikat (AS) tersebut, Erdogan meminta komunitas internasional untuk mengambil tindakan. “Seluruh dunia akan membayar mahal,” bunyi peringatan Erdogan dalam artikelnya.
“Semua anggota komunitas internasional harus memahami tanggung jawab mereka atas serangan Idlib. Konsekuensi dari kelambanan sangat besar,” tulis Erdogan.
“Sebuah serangan rezim juga akan menciptakan risiko kemanusiaan dan keamanan yang serius bagi Turki, seluruh Eropa dan lainnya,” imbuh Erdogan, yang dilansir Selasa (11/9/2018).
Baca: Militer Rusia, Turki dan Iran akan Menyebar di Idlib
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Idlib adalah satu-satunya benteng pertahanan kelompok pembebasan dan kelompok militan yang masih tersisa di Suriah. Serangan rezim Suriah dan sekutunya bisa menjadi pertempuran terakhir yang menentukan Perang Suriah.
Teheran dan Moskow telah membantu rezim keji Bashar al Assad mengubah situasi Perang Suriah, di mana rezim Assad memenangkan banyak pertempuran dalam melawan pasukan oposisi yang didukung Barat.
Turki sendiri merupakan pendukung oposisi. Pasukan Turki dilaporkan telah mendirikan 12 pos pengamatan di sekitar Idlib.
Turki yang menampung sekitar 3,5 juta pengungsi mengatakan tidak bisa menampung lebih banyak pengungsi lainnya jika serangan terhadap Idlib terus mendorong gelombang baru pengungsi ke perbatasannya.
Presiden Recep Tayyib Erdogan menyatakan bahwa serangan ke Idlib akan memicu risiko kemanusiaan dan keamanan bagi Turki, Eropa, dan sekitarnya.*