Penggeledahan dan pemeriksaan kepolisian Australia terhadap sejumlah warga negara Indonesia yang dicurigai terlibat dengan Jamaah Islamiyah diduga bukan semata-mata karena laporan intelijen, namun ada alasan politis. Pernyataan ini disampaikan kandidat Doktor Bidang Hukum Tatanegara dari Melbourne University Deny Indrayana. Deny seperti dikutip SCTV, (31/10) kemarin meminta agar pemerintah Indonesia segera merespons tindakan Australia yang sangat berlebih-lebihan. Sebab menurutnya, penggeledahan WNI itu akan mengakibatkan ketegangan baru dalam hubungan diplomatik kedua negara tersebut. Menurut Deny, Perdana Menteri John Howard menjadikan penggeledahan rumah WNI yang diduga sebagai anggota JI sebagai alat kepentingan politiknya. Ia berusaha mengajak warganya membantu pemerintah dalam memberantas terorisme internasional. “Ironisnya, hal ini juga dipakai untuk memperkuat posisi politis Howard,” ujar Deny. Deny menambahkan, penggeledahan rumah WNI juga tak berdasar. Ada indikasi pemerintah Australia hanya memenuhi keinginan Perserikatan Bangsa-Bangsa memberantas terorisme. Mereka memeriksa siapa saja yang diduga sebagai anggota JI. Deny khawatir orang-orang yang hanya menghadiri pengajian Abu Bakar Ba`asyir juga dituduh sebagai anggota JI. “Penangkapan terhadap kedua WNI ini dilakukan tanpa melihat justifikasi,” kata Deny. Padahal, berdasarkan Undang-undang Terorisme, pemeriksaan seseorang tak boleh melanggar hak asasi manusia. Sebagai mana telah banyak diberitakan, seorang keturunan Indonesia di Australia, Jaya Basri (30) telah menjadi target operasi aparat AIRO. Hanya karena yang bersangkutan pernah mengikuti cerama Abu Bakar Baasyir 5 tahun lalu, 1997, AIRO bersama Polisi Federal Australia mengeledah rumahnya secara kasar. Barang-barang Basri juga telah dibawah. Diantaranya; komputer, disket, handpone dan kliping koran. Pemerintahan RI Kecewa Juru bicara Departemen Luar Negeri RI, Martin Natalegawa kepada para wartawan di Jakarta kemarin, Rabu, (30/10/02), mengaku kecewa cara perlakuan pemerintahan Australia dalam memperakukan warga muslim Indonesia di negara kangguru itu. Menurut Martin, seharusnya pemerintah Australia mengundang dan memberitahukan terlebih dahulu pihak Kedutaan Besar setempat sebelum melakukan berbagai penggerebekan. Menurutnya, ketentuan pemberitahuan itu sesuai yang telah disepakati dalam konvensi Wina yang isi ketentuannya menyebutkan bila salah seorang warga negara dituduh telah melakukan tindakan yang mencurigakan, maka penangkapannya harus diketahui oleh yang Kedubes setempat. Sampai hari ini, pemerintah Indonesia masih terus mencari informasi tentang warga negara Indonesia yang menjadi target intel Australia tersebut. Indonesia juga mengingatkan agar pemerintah Australi tidak secara gegabah menangkapi warga tertentu. Setelah bertemu Presiden George W Bush untuk memberantas terorisme dua hari lalu, Australia kini terus mencari orang dan kelompok yang dianggapnya berkaitan dengan Jamaah Islamiyah. Kelompok yang hingga kini belum jelas bentuknya. Pria Yang Sopan Seperti dikutip The Sydney Morning Herald, Basri telah diincar intel AIRO beberapa hari seteleh terjadinya peledakan Bali yang banyak menimbulkan korban warga Australia. Minggu malam, beberapa jam setelah melaksanakan sholat, Jaya Fadly Basri (30) bersama istrinya, Zahri dan dua anaknya tengah membersikahkan lantai. Mendadak, rumahnya diketuk orang tak dikenal secara kasar. “Saya bertanya, siapa itu? dan mereka menjawab polisi”, kata Basri mengingat kejadian. Bapak dua anak ini sejak tahun 1994 telah mendaftar secara resmi untuk bermukim secara tetap di Australia mengikuti keluarganya. Ayahnya. adalah seorang insinyur asal Jawa dan telah pindah ke negeri Kangguru ini sejak tahun 1986. Sebagai mana warga muslim yang taat, Basri sering berkumpul dan berdiskudi di masjid dengan berbagai umat Islam Australia sesudah sholat jamaah. Basri sering kali membagikan newslette (bulletin) di masjid Zetland tempat dia biasa sholat. Bulletin itu dicetaknya dari kertas folio ukuran A4 setiap hari jumat. Isi bulletin tersebut berisi mengenai perkembangan dunia Islam yang di download dari internet. Amjad Mahbub, Direktur the Australian Federation of Islamic Councils, mengatakan, walau tidak begitu mengenal baik, namun menurutnya, Basri sebagai mana umumnya banyak orang yang aktif di masjid. Dan selalu berkumpul dan bersilaturahami dengan jamaah lain seusai sholat. Jabir Algafi, Kepala Tinggi Majelis Islam NSW, mengatakan tidak begitu mengenal Basri. Namun banyak orang Islam yang pernah aktif di masjid bersamanya mengatakan bila dia adalah “orang yang sangat ramah dan tidaklah berbahaya”, kata Algafi. Selain Basri, Departemen Imigrasi Australia, kemarin juga telah melakukan penangkapan enam warga negara Indonesia (WNI) di masjid Dee Why. Mereka dituduh telah melanggar visa keimigrasian. Setelah bom Bali tanggal 12 Oktober yang telah menewaskan banyak korban, pemerintahan Autralia kini menjadi amat sensitif dan berlebih-lebihan terhadap segala hal berbau Islam. Sebelumnya, tidak kurang telah terjadi 40 kali kejadian kekerasan yang menimpa warga muslim di negara ini. Kekerasan yang paling sering dilakukan warga Australia itu antara lain; menganiaya muslimah, merusak rumah dan masjid. Bila tindakan yang tidak terpuji itu terus berlangsung, bukan tidak mungkin akan menimbulkan sikap yang sama di tanah air. Karena itu, tindakan pemerintah yang cepat adalah hal yang paling ditunggu. (tsmh/abc/antv/cha)