Hidayatullah.com—Tidak kurang lima puluhan anak yang masih berusia TK sampai usia SMP sedang belajar bersama. Dengan serius, puluhan anak ini belajar bahkan juga beribadah di tempat sederhana, tak berdinding.
Meski terbatas, jumlah santri terus bertambah. Karena keterbatasan belakangan, selain dijadikan sarana belajar, tempat ini juga dijadikan mushollah sekaligus masjid. Inilah gambaran kecil kegiatan sehari-hari Pesantren Nurul Qur’an di Daik – Lingga – Kabupaten Lingga – Provinsi Kepulauan Riau.
Pesantren yang berlokasi di Jalan Engku Aman Kelang (Sawin) Daik – Lingga – Kab. Lingga – Prov. Kepulauan Riau hanya berjarak 500 meter dari kantor Bupati Lingga.
Meski menjadi tumpulan masyarakat sekitar, khususnya anak-anak nelayan kurang mampu, kondisi pesantren sampai saat ini masih tetap memprihatinkan, khususnya saranah ibadanyanya.
Lembaga yang diasuh oleh Ustad Awwalin, S.Pd.I ini berdiri sejak tahun 2008, saat ia lulus dari Sekolah TInggi Agama Islam Luqman Al-Hakim Hidayatullah Surabaya.
Dengan modal keyakinan, ia merintis pesantren sebagai wadah pembinaan anak-anak yang mayoritas adalah anak-anak nelayan.
Selain membina anak dan masyarakat sekitar pesantren, Pesantren Nurul Quran juga telah menyantuni anak yatim piatu dan tinggal berasrama sederhana.
“Saat ini sudah ada 20 anak yang tinggal di dalamnya,” ujar Awwalin.
Di tempat ini, anak-anak tidak dipungut biaya. Meski begitu, semangat anak didik begitu bergelora karena mereka sudah lama merindukan pendidikan seperti di pesantren.
Satu-satunya harapan Awwalin saat ini adalah berdirinya masjid yang kokoh, karena masjid yang lama sudah hampir roboh. Banyak tonggak yang menjadi penompangnya sudah lapuk dimakan rayap, sampai-sampai bentuknya condong ke depan.
Sehari-hari, masjid tersebut memiliki banyak fungsi. Sebab, selain untuk tempat ibadah masjid juga dipakai untuk tempat proses belajar dan mengajar.
Tak hanya para santri, dan anak-anak masyarakat di dekat pesantren, tetapi anak-anak dari tetangga kampung juga banyak yang mengaji setiap sore hari di tempat ini.
Menurut Awwalin, dukungan masyarakat sekitar selama ini sangat baik, bahkan ikut menyumbngkan dana dan material membangun pondasi masjid.
Hanya saja karena kemampuan masyarakat terbatas, master-plan masjid masih belum sesuai yang ia harapkan. Sebab masjid dengan lebar 15 meter dan panjang 10 meter yang ia rencanyakan, setidaknya membutuhkan biaya Rp.124 juta.-
“Saking pentingnya pembangunan tersebut kami memberanikan diri mengutang Rp 10 juta untuk biaya tukang yang sekarang mengerjakan pembangunan pondasinya, “ ujar Awwalin.
Ia barharap ada donatur yang dapat membantu pembangunan tersebut agar anak-anak dan masyarakat Lingga bisa belajar agama secara nyaman dan bangga memiliki masjid yang layak
“Saya berharap masyarakat sekitar dapat belajar Islam dengan nyaman dan tentram di tempat ini, “ujarnya lagi.*/tulisan ini diambil dari cerita Ustad Awwalin (HP 081277308898).
#Yang mau bantu bisa transfer ke rekening : Yayasan Ponpes Nurul Qran Hidayatullah, Rek. BRI No Ac. 5565-01-003492-53-0