Hidayatullah.com–Meski sebagaian pengamat mengaku kaget terhadap fenomena naiknya suara Partai Keadilan Sejahtera (PKS), tapi sebagaian pengamat politik justru memahami. Direktur Riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) Muhammad Qodari mengaku tak kaget terhadap naiknya suara PKS. Qodari melihat, proyeksi kenaikan suara PKS seperti terlihat dari hasil penghitungan suara tidaklah mengagetkan karena sudah terlihat jauh hari sebelum kampanye dimulai. Menurut Qodari, respons positif masyarakat kepada PKS tidak terlepas dari citra PKS sebagai partai yang antikorupsi. Selanjutnya, citra ini ditampilkan sebagai isu utama kampanye. Sementara isu perjuangan Islam seperti syariat Islam, ditempatkan pada nomor dua. Menurut dia, langkah ini berbeda dengan yang dilakukan partai-partai Islam lain yang hanya mengedepankan isu syariat Islam. “Selain itu, PKS mempunyai kader yang sangat solid. Mereka rajin mendatangi masyarakat yang terkena bencana, rajin bergotong royong, rajin mengirim SMS. Ini semua menjadi perhatian publik.” Senada dengan Qadari, Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndiacted (SSS) Sukardi Rinakit mengungkapkan, besarnya perolehan suara PD dan PKS merupakan “blunder” politik partai-partai elite penguasa. “Masyarakat butuh kekuatan alternatif. Padahal, kedua partai tersebut belum tentu lebih baik,” katanya. Apalagi, pemilih di Indonesia masih tergolong pemilih tradisional dan paternalistik yang lebih menekankan pada figur. “Makanya saat kedua partai tersebut menawarkan ketokohan, masyarakat pun meliriknya,” sambungnya. Murungnya Gus Dur Lain halnya dengan Gus Dur, fenomena naiknya PKS justru membuat dirinya sangat murung. Meski penghitungan suara Pemilu 2004 belum selesai, mantan Ketua PBNU ini sudah berani menyatakan kegembiraannya terhadap perolehan suara PKB. Di depan wartawan, Gus Dur optimistis partainya akan mampu mendulang 58 persen suara. Padahal menurut Gus Dur, sebagaimana ditulis Jawa Pos, Selasa, (6/4), sebelum penghitungan suara, dirinya sempat murung memikirkan tren kenaikan suara partai Islam seperti PKB dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Mengapa? Dia khawatir kelompok nasionalis tidak akan mendapatkan tempat. Padahal, dirinya sangat yakin Indonesia akan bisa maju jika tiga golongan bergabung bersama-sama memajukan Indonesia. “Alhamdulillah, Partai Demokrat (PD) mewakili golongan nasionalis dan kekaryaan, sedangkan Islam diwakili PKB dan PKS,” katanya. Karenanya, menurutnya, dirinya terpaksa akan bekerja sama dengan PD dan PKS. “Mau nggak mau harus kerja sama,” tegasnya. (Jp)
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/