Hidayatullah.com–International Crisis Group (ICG), sebuah LSM internasional berpendapat bahwa pihak berwenang Indonesia menangani kasus Ambon dengan sangat tidak memadai dan suatu pengusutan yang tidak memihak hendaknya dilakukan terhadap peristiwa itu, demikian dikutip Siaran Radio Australia, (19/5) hari ini. ICG yang berkedudukan di Brussel mengusulkan bahwa yang diperlukan sekarang adalah suatu penyelidikan yang seksama, tidak memihak, profesional dan transparan terhadap sebab-sebabnya. Di Indonesia, ICG dikenal luas karena sering membuat laporan tebal berkaitan dengan dengan masalah-masalah politik di Indonesia. ICG pernah menulis kondisi militer Indonesia pasca-Soeharto berjudul Indonesia: Keeping the Military under Control. Juga artikel lain berjudul Indonesia’s Maluku Crisis: The Issues, Indonesia Crisis: Chronic but Not Acute, Indonesia’s Shaky Transition Yang paling menarik adalah laporan ICG tentang Indonesia Backgrounder: How The Jemaah Islamiyah Terrorist Network Operates (Jaringan Teroris Indonesia: Cara Kerja Jamaah Islamiyah) bulan 12 Desember 2002. Dalam laporan ini, ICG mengatakan dari 14 ribu pesantren di Indonesia, ada 8900 pesantren yang ?berbahaya?. Anehnya, setelah laporan itu, pemerintah AS langsung mengusulkan agar Indonesia segera merubah kurikulum pendidikan agama, khususnya di pesantren. Tak beberapa lama, beberapa kiai pesantren mendapatkan pendidikan gratis ke AS. Pada laporan lanjutannya, Jemaah Islamiyah in South East Asia: Damaged But Still Dangerous (Jamaah Islamiyah di Asia Tenggara: Hancur Tetapi Masih berbahaya), di bulan Agustus 2003, lagi-lagi ICG menuduh ada beberapa jaringan pesantren yang bisa dikategorikan teroris dan Jamaah Islamiyah. ICG bahkan menyebut di dalamnya Hidayatullah, hanya karena pesantren ini pernah sekali mendapat kunjungan salah satu tersangka bom Bali yang kejadiannya telah beberapa tahun sebelum terjadinya bom. Anehnya lagi, setelah keluarnya laporan-laporan ICG itu, beberapa nama sesuai daftar di laporan ICG langsung dicokok polisi. Tak heran, banyak pihak menganggap ICG kepanjangan CIA secara halus untuk menekan pemerintahan Indonesia. Caranya, dengan membuat laporan agar lebih terkesan ilmiah. Kecurigaan terhadap ICG ini makin bertambah setelah diketahui ada hubungan antara pialang saham keturunan Yahudi, George Soros dengan pihak ICG. Soros pernah dianugrahi ICG Founders Award tahun 2003 atas kontribusinya membantu ICG. Kini, setelah pemerintah berusaha mati-matian meredam konflik Ambon, ICG menganggap aparat tidak memadai dan mengusulkan pengusutan dari pihak independen. Sebelumnya telah muncul desakan kuat untuk melibatkan peran PBB di Ambon dan Maluku. (abcn/hid/cha)
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/