Hidayatullah.com–Menggunakan gamis biru panjang, bersorban putih, dan menggunakan peci khas Aceh, Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr. Dien Syamsuddin memulai shalat Jum’at pertama semenjak terjadinya musibah Tsunami. Dalam khotbahnya, Dien mengajak warga Aceh dan rakyat Indonenesia untuk bermuhasabah dan mengevaluasi diri.
“Untuk warga Indonesia umumnya, dan warga Aceh khususnya, marilah bermuhasabah dan mengevaluasi diri. Dan mencari hikmah-hikmah yang ada dibalik bencana ini,” ujar Dien. “Mungkin musibah ini karena kita tidak menjalankan syari’at dan mengabaikan perintah-perintahnya, “tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Dien juga mengajak semua elemen untuk tidak terlalu lama bersedih dan segera bekerja keras untuk kembali membangun Aceh. “Kita memang bersedih tapi iman kita mengajarkan untuk tetap optimis menyongsong hari esok. Maka itu, harus dihadapi dengan sikap sabar dan tawakkal karena Allah nanti akan menguji umatnya yang beriman, “ ujarnya.
Khotbahnya yang dimulai pukul 12.55 dan selesai 13.05 itu, salah satu tokoh Muhammadiyah ini juga mengajak semua elemen masyarakat untuk bersama-sama membangun kembali Aceh. “Kini, saatnya untuk bekerja keras mengembalikan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sebagai simbul kejayaan Islam.”
Dalam khotbah kedua, Dien juga mengajak jama’ah untuk bermunajat dan memohon ampunan dan kesabaran dalam menghadapi bencana ini. Diakhir doanya, Din memohon agar kematian para korban Aceh kemarin bisa diterima sebagai kematian para syuhada.
Setelah salat Jumat, Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Azman Ismail memimpin salat gaib untuk korban bencana gempa dan gelombang tsunami yang memorak-porandakan sebagian wilayah provinsi di ujung barat Indonesia ini.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sekitar 7000 orang nampak memenuhui Masjid Raya Baiturrahman, Banca Aceh, beberapa orang penting terlihat ikut shalat. Diantaranya Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, Menko Kesra Alwi Shihab, serta Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU atau MUI, Red) Aceh Muslim Ibrahim. (Ahmad Damanik/cha)