Hidayatullah.com–Bom yang meledak di Pasar Tentena, Poso melibatkan Amerika Serikat (AS). AS sangat diuntungkan apabila Indonesia dalam keadaan tidak aman, yakni memudahkan terjadinya intervensi. Dalam keadaan tidak aman ini juga, investasi yang dilakukan AS dapat lebih murah.
"AS memiliki banyak data potensi konflik di Indonesia. Hal ini dimanfaatkan AS dengan pertimbangan sumber daya alam Indonesia yang sangat potensial, " Kata Kriminolog UI Erlangga Masdiana kepada detik.com, Minggu (29/5).
Selain senantiasa mempertahankan kondisi keterpurukan Indonesia di mata Internasional, peledakan bom ini digunakan AS untuk menyutukan pendapat bahwa pelaku terorisme hanya dilakukan oleh kelompok Islam.
Untuk menyikapi hal ini, menurut Erlangga, intelejen Indonesia harus dibenahi. Kelemahan intelejen ini dimanfaatkan pihak AS untuk kepentingannya. "Intel Indonesia punya banyak kelemahan, sedangkan AS punya banyak data. Hal ini yang dimanfaatkan AS. AS mempunya agenda tersendiri untuk memperngaruhi rasa aman di Indonesia dalam konteks pembangunan politik dan ekonomi ke depan, " jelasnya.
Sering kali peristiwa terorisme, ujar Masdiana, terjadi setelah AS menyatakan akan ada ancaman terhadap suatu lokasi di suatu negara. Terkait dengan itu, dalam beberapa hari ini AS menurut kedutaannya di Indonesia dengan alasan keamanan. Tak lama setelah itu, terjadi peledakan bom di Poso. Hal ini patut dicurigai.
"Misalnya sebelum persitiwa bom Bali. AS memperingati bakal ada ancaman keamanan di Indonesia. Sebelumnya juga terjadi peledakan bom di Makasar dan di tempat lainnya. lebih konkretnya, tidak ada orang Yahudi yang terbunuh saat runtuhnya World Trade Centre, " ungkapnya.
Selain sebagai bukti kelemahan, polisi yang bertugas untuk menjaga stabilitas keamanan sulit diandalkan. Erlangga berpendapat, polisi masih sangat belum mandiri. Hal ini menyebabkan segama macam persoalan keamanan di Indonesia masih terus berlanjut. Polisi lebih memperhatikan kekuatan borjuis.
"Tingga pada kejujuran aparat senmdiri, apakah memilih keamanan masyarakat atau kelompok yang memiliki agenda dan kekuasaan, " tukasnya. (dtc)