Hidayatullah.com–Seorang Ulama Kabupaten Aceh Besar, Teungku H Husaini (Waled Nu) meminta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam dan luar negeri yang ‘concern’ membantu warga Aceh itu agar tidak melakukan berbagai kegiatan yang menyimpang dari norma agama dan adat istiadat yang berlaku bagi masyarakat di daerah berjuluk Serambi Mekkah itu.
"Kita minta misi kemanusiaan yang dijalankan itu tidak diselipkan dengan upaya memurtadkan masyarakat Aceh yang sudah beragama Islam. Jangan orang lain masuk ke Aceh dengan maksud mengatur kehidupan rumah tangga masyarakat Serambi Mekkah," tambahnya usai menyaksikan penandatangani pembangunan perumahaan dari Yayasan Budhi Tzu Chi kepada korban tsunami di Banda Aceh, Senin (11/7).
Teungku Husaini yang juga pimpinan pondok pesantren Seulimeum, Aceh Besar, menyatakan jika ada upaya pemurtadan masyarakat muslim yang dilakukan pihak-pihak tertentu itu tidak segera dicegah maka akan berdampak munculnya kemarahan penduduk, terutama kaum ulama di provinsi ujung paling barat Indonesia ini.
Dia juga berharap agar pihak aparatur pemerintahan mulai dari gubernur hingga kepala desa (Kades) lebih jeli dalam melihat dan menseleksi bantuan-bantuan asing, sehingga kekhawatiran akan upaya pemurtadan terhadap masyarakat muslim di NAD bisa teratasi.
"Wajib bagi semua pihak, dari gubernur sampai kepala desa untuk mengatasi berbagai persoalan yang dialami umat. Saya berharap semua pihak yang datang ke Aceh dapat membawa air, bukan api, demi kesejukan kita semua," tambahnya.
Dia juga minta masyarakat terutama korban musibah gempa dan tsunami agar selektif menerima bantuan kemanusiaan yang disalurkan lembaga nasional dan internasional. "Kita tidak menolak bantuan yang diberikan pihak manapun, namun masyarakat korban tsunami perlu selektif, sehingga dapat terhindar dari maksud-maksud tertentu dari bantuan," katanya.
Ketua Badan pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Provinsi NAD dan Nias, Kuntoro Mangkusubroto, mengatakan pihaknya belum menerima laporan tentang adanya upaya pemurtadan terhadap masyarakat Aceh. "Dalam tubuh BRR ada satu deputi yang menanggani masalah Syariah (Islam), jadi saya akan menanyakan pendapat dari kepala deputi tersebut," katanya.
Sebagaimana diketahui, sejak peristiwa musibah badai tsunami di Aceh ratusan LSM asing dan lokal berbondong-bondong ke pulau yang dijuluki Serambi Mekah itu. Berdasarkan pantauan wartawan Hidayatullah.com, sampai pulau-pulau terpencil, kini hadir LSM-LSM asing, bahkan atas nama gereja hadir di sana.
Mission Aviation Fellowship (MAF), misalnya, melakukan program rehabilitasi membangun Aceh dan berkomitmen memberi bantuan armada pesawat terbang. MAF dikenal sebagai lembaga gereja yang bisa menembus hutan dan gunung dengan armada-armada pesawatnya.
Sampai hari ini, lebih dari 80 staf MAF, alumni dan sukarelawan telah berpartisipasi dalam operasi ini termasuk pilot, mekanik, teknisi komunikasi dan aviasi. Kebayakan adalah orang Amerika yang telah dirotasi dari program-program MAF lain di Indonesia. Dari markas MAF di Redlands, California, mereka ini sudah berada di tempat-tempat terpencil di Aceh. Masalahnya, bisakah bantuan itu hanya gratis? (ant/hid/cha)