Hidayatullah.com–Sampai Mei 2009, nilai pembiayaan atau kredit BRI Syariah hanya mencapai Rp 120 miliar. Padahal, target mereka pada akhir tahun nanti tersalur pembiayaan Rp 1,5 triliun.
Direktur Utama BRI Syariah Ventje Raharjo berkilah, bank yang dia nahkodai tersendat menyalurkan kredit karena masih melakukan pembenahan struktur dan mekanisme operasional bank. Agar bisa agresif dalam menyalurkan kredit, BRI Syariah membutuhkan sumber daya manusia, sistem, dan fasilitas yang sesuai tata kelola bank syariah.
“Nah itu semua masih kami benahi, jadi memang masih perlahan jalannya,” katanya kepada KONTAN, beberapa waktu lalu.
Ventje bilang, persiapan infrastruktur BRI Syariah bisa tuntas pada tahun ini. Jika semua tertata dengan dengan baik. “Setelah itu baru kami bisa gencar menyalurkan kredit ke debitur,” katanya.
Meski tahun ini sudah separuh berjalan, BRI Syariah mengaku tak gentar menggapai target pembiayaan tadi.
Mengikuti jejak BRI, BRI Syariah juga akan terus menggenjot pasar pembiayaan sektor menengah dan kecil alias UKM. “Kami tinggal mengikuti jalur induk usaha, yakni Bank BRI,” katanya. BRI Syariah juga bisa memanfaatkan rekam jejak debitur induknya.
Berbeda dengan laju pembiayaan yang berjalan bak siput sedang kelaparan, pengumpulan dana masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) BRI Syariah terus bertambah. Sampai Mei, nilai simpanan masyarakat di BRI Syariah telah mencapai Rp 1 triliun.
Banyaknya dana yang mengalir ke brankas mereka akhirnya mendorong BRI Syariah menaruh kelebihan likuiditas itu di banyak instrumen. “Dana kami yang menumpuk di Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) saja mencapai lebih dari Rp 400 miliar,” imbuh Ventje terus terang.
Semula BRI Syariah adalah Unit Usaha Syariah (UUS) milik BRI. Januari kemarin, UUS BRI resmi pisah (spin off) dari induknya dan menjadi bank umum syariah dengan modal awal sebesar Rp 500 miliar. Kuartal pertama kemarin, manajemen BRI menyuntikkan tambahan lagi modal sebanyak Rp 500 miliar.
Sampai April 2009, perbankan syariah nasional menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 39,7 triliun, naik tipis 1,06% dari Maret lalu yang besarnya Rp 39,3 triliun. Kebanyakan kredit itu untuk modal kerja. [kon/hidayatullah.com]