Hidayatullah.com–Ratusan umat Muslim yang tergabung dalam Gerakan Reformis Islam Senin (13/07) siang menggelar aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar China, Mega Kuningan, Jakarta. Aksi ini merupakan solidaritas terhadap pembantaian suku Uighur, Xinjiang, China oleh para militer China.
Para pengunjuk rasa mulai berdatangan sejak pukul 10.30, namun hingga pukul 11.30 sejumlah umat muslim masih terus berdatangan.
Mereka pun membawa sejumlah poster tulisan tangan dan sejumlah spanduk. Poster tulisan tangan di antaranya bertuliskan, “Free Xin Jiang” dan “China Communist is Barbarian”.
Sementara salah satu spanduk besar bertuliskan, “Hentikan Pembantaian Kaum Muslimin di Xinjiang.”
Selain orasi, sejumlah pengunjuk rasa menuntut rezim Komunis China menghentikan penindasan terhadap umat Muslim Xinjiang. Mereka juga menuntut Komunis China memberikan kebebasan beribadah bagi umat muslim di Xinjiang.
“Saudara kami di Xinjiang tidak boleh Shalat, tidak boleh berkumpul di masjid guna menjalankan ibadah. Kembalikan kebebasan mereka,” ujar Tengku Zulkarnaen, salah seorang orator.
Berbagai daerah
Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) melakukan unjuk rasa Senin (13/07) untuk menyikapi kerusuhan di Provinsi Xinjiang, China. Mereka mengecam pembantaian yang menewaskan 1000-an warga sipil yang dilakukan militer Komunis China guna meredam hak asasi warga negaranya.
Unjukrasa yang berlangsung di Monumen Mandala Makassar tersebut, menyerukan kepada pemimpin dunia, termasuk pemerintah Indonesia, untuk menekan China agar segera memperbaiki kondisi hak asasi manusia (HAM) di negara itu.
Sebelumnya, mereka berkumpul di Masjid Raya Makassar, kemudian melakukan aksi long-march ke Monumen Mandala. Di sepanjang perjalanan para mahasiswa terus berorasi dan membagikan lembaran pernyataan sikap ke pengendara yang melintas.
Dalam aksinya, mahasiswa juga mendesak otoritas China segera mengatasi konflik dengan menegakkan keadilan serta menghentikan monopoli politik, ekonomi, dan sosial budaya, demi terwujudnya kesejahteraan bersama.
Mereka pun merasa umat Muslim Uighur sebagai saudara mereka. “Bagaikan sebuah tubuh, bila salah satu anggota badan sakit, kami ikut sakit,” teriak seorang orator lainnya.
Pengunjuk rasa juga menuding pemerintah China melakukan rekayasa informasi dan berita, sehingga berita yang beredar di masyarakat simpang siur.
Para pengunjuk rasa pun mendesak agar pihak Kedutaan Besar menemui mereka. Namun hingga pukul 12 siang, pihak Kedutaan belum bersedia menemui perwakilan pengunjuk rasa. [cha, berbagai sumber/hidayatullah.com]