Hidayatullah.com–Meski menggunakan tangan NATO dan melalui proses pertemuan puncak di Paris, tetap saja agresi militer ke Libya dimotori dan disponsori Amerika Serikat. Ini menambah pengalaman traumatik atas agresi militer Amerika ke Timur Tengah, yang ujung-ujungnya berupa penguasaan sumber-sumber energi, khususnya minyak dan gas.
Pernyataan ini disampaikan oleh BM Wibowo, Sekretaris Jenderal DPP Partai Bulan Bintang (PBB) melalui rilis yang dikirim ke redaksi hidayatullah.com, (22/3) Selasa pagi.
Menurut Wibowo, AS menggunakan alasan yang dibuat mirip kasus perang Iraq-Kuwait, dengan memunculkan terlebih dahulu kesan kebutuhan akan intervensi militer asing. Selanjutnya, tentara AS hadir sebagai sebuah ‘keterpaksaan’. Padahal pada kenyataannya, intervensi seperti itu tidak pernah dilakukan AS di negara-negara yang tidak prospektif. Apakah dalam krisis di Liberia, Pantai Gading, Rwanda, maupun Kongo, pasukan NATO atau Sekutu hadir? Bahkan dalam kasus Palestina, AS terus membela Israel.
Karenanya, jika Amerika ingin citranya tetap terjaga, Negara Paman Sam itu harus segera menghentikan intervensinya ke Libya.
“Bila ingin citranya masih terjaga, AS dan NATO harus menghentikan intervensi itu sekarang. Obama jangan meniru Bush, di mana tindakannya hanya menyuburkan perlawanan terhadapnya di berbagai belahan dunia,” tulisnya.
“Buktikan bahwa Obama ingin menggunakan pendekatan yang lebih baik terhadap dunia Islam, dan tidak menimbulkan kerusakan lebih parah dibanding pihak yang ingin dilengserkannya. Apalagi, hingga kini Perserikatan Bangsa Bangsa belum memutuskan sikap, sehingga serangan itu ilegal.”
Partai Bulan Bintang (PBB) juga menilai, kasus Libya hahrus menjadi pengalaman bagi negara-negara lain di Timur Tengah yang sedang bergolak, agar dapat menyelesaikan krisis secara lebih cepat secara damai.
“Jangan sampai pergolakan itu dimanfaatkan oleh Amerika dan sekutunya untuk kepentingannya sendiri, yaitu kepentingan mengatasi krisis dalam negeri dengan merebut kekayaan negara lain.” *
Foto: news.aol