Hidayatullah.com – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyegarkan kembali ingatan 30-an ribu lebih Umat Islam dalam peringatan Isra’ Miraj Nabi Muhammad di Lapangan Monas jakarta, tentang hakekat perjalanan Isra’ Mi’raj Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina), untuk kemudian menuju Sidratul Muntaha’
“Ada dua etape dalam perjalanan Baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, yakni horizontal dan vertikal. Di mana, hal ini seakan diperkuat dengan ajaran untuk menegakkan Shalat” terang Menag saat memberi tausiyah pada Peringatan Isra’ Mi’raj, di Lapangan Monas, Jakarta.
Menag menegaskan, shalat tidak sekedar dikerjakan maupun ditunaikan, tetapi ditegakkan.
“Ada dua dimensi dalam shalat, yakni hablum minallah, sebagai bentuk tunduk dan pasrah kepada Allah Ta’ala. Dan yang kedua adalah hablum min ‘alam, sebagai tanggung jawab kita sebagai khalifah atau pengelola muka bumi ini,” kata Menag dikutip laman Kemenag, Sabtu.
Menag mengupas sedikit Surat al-Ma’un yang menerangkan tentang sia-sianya, bahkan celaka, bagi muslim yang Shalat, namun tidak serius, main-main dan bahkan riya’ atau yang tidak menyantuni orang-orang sekitar yang membutuhkan.
“Jadi Shalat tidak sekedar khusuk, namun lebih dari itu, seorang Muslim harus mampu menjalankan peran sosial. Di sini lah hebat dan uniknya Islam, selain selalu mengkaitkan antara ketertundukan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, juga sebagai jalan untuk saling membantu dengan sesamanya,” urai Menag.
Menag memberikan apresiasi atas Maulidan ini, karena mampu meminimalisir berbagai larangan Allah dan menambah untuk menjalankan perintah-Nya.
“Mengkumandangkan Shalawat, adalah warisan para leluhur yang harus kita jaga, pelihara dan teruskan. Semoga, amaliyah-amaliyah baik kita ini diridhai Allah Ta’aala,” doa Menag.*