Hidayatullah.com–Insiden bom bunuh diri yang terjadi di masjid Mapolresta Cirebon beberapa waktu lalu bisa menimbulkan rasa saling curiga di antara jamaah yang tidak saling kenal atau jamaah yang dianggap orang asing. ”Padahal masjid adalah ”rumah” Allah yang terbuka untuk umat Islam, tanpa memandang warna kulit, asal, apalagi baju sekalipun,” kata Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Barat, Drs. HR. Maulany, SH, Senin (18/4).
Untuk itu pihaknya mendesak kepada aparat kepolisian agar segera mengusut dan mengungkap tuntas kasus tersebut agar tidak ada fitnah yang menimpa sesama umat Islam.
Dalam perbincangan dengan hidayatullah.com, ia mengakui, insiden bom bunuh diri yang baru pertama kali terjadi tersebut, telah menimbulkan ketakutan baru bagi masyarakat, terutama umat Islam. Tempat yang dianggap paling aman di Indonesia (masjid) tidak luput dari sasaran aksi kekerasan.
Salah satu dampak yang ditimbulkan atas insiden tersebut adanya pencitraan negatif bahwa masjid pun tidak lagi tempat yang aman, sehingga bagi sebagian kaum muslimin akan merasa takut pergi ke masjid, terutama shalat berjamaah. Padahal shalat berjamaah di masjid lebih utama (wajib). Selain itu bagi para saksi, terutama korban luka, setidaknya akan mempunyai rasa trauma.
Namun menanggapi adanya ide atau wacana agar masjid dipasangi detektor metal atau CCTV, menurut Maulany, gagasan yang berlebihan. Dirinya beranggapan jika hal tersebut sampai dilakukan, maka akan semakin menambah rasa takut dan memperkeruh keadaan.
”Tidak perlu itu, apalagi kalau sampai diberlakukan orang mau masuk masjid harus menjalani pemeriksaan segala. Itu akan menimbulkan kesan umat Islam bukan orang yang menimbulkan rasa aman. Padahal kita harus memberi salam, yang berarti selamat kan,” katanya.
Maulany juga tidak setuju jika orang ke masjid sampai harus dicurigai. Hal tersebut bukan sikap terpuji dan bisa mengurangi rasa ukhuwwah.
Namun demikian pihaknya mengimbau kepada pengelola masjid (DKM) untuk berusaha meningkatkan kewaspadaan jika ada hal yang mencurigakan. Sikap waspada ini berbeda dengan sikap curiga.
Ia pun dalam waktu dekat akan berkoordinasi dengan pihak Polda Jabar dalam hal memberi penyuluhan dan pelatihan kamtibmas, terutama di sekitar masjid. Namun hal ini bukan berarti ingin melibatkan institusi polisi dalam keamanan masjid.
”Saya rasa keamanan masjid cukup dilakukan pihak DKM dan masyarakat sekitarnya saja. Belum perlu ada personil polisi segala, nanti orang (Islam) malah enggan ke masjid karena merasa diawasi. Ya yang mengawasi kita ’kan Allah dan Malaikat,” katanya.*